Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan berbagai risiko yang masih menghantui perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia. Salah satunya terkait lonjakan kasus covid-19 varian Omicron.
Bercermin dari sejumlah negara yang telah menghadapi omicron lebih dulu, ia menyebut tingkat kesembuhan memang lebih tinggi dan angka kematian juga lebih rendah. Namun, bukan berarti Indonesia bisa berleha-leha menghadapi omicron, ia mengingatkan agar tak takabur dan tetap mengencangkan tali pinggang.
"Meski pun tingkat transmisi lebih cepat tapi dari sisi tingkat okupansi RS dan tingkat kematian lebih rendah tapi kita tidak boleh takabur," kata Ani, akrab sapaannya, pada Bank Mandiri Investment Forum, Rabu (9/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ani, resep Indonesia bisa selamat dari varian omicron tak jauh berbeda dengan varian lainnya, yakni mempercepat vaksinasi covid-19 dan memperketat protokol kesehatan.
Selain omicron, Ani menyebut RI juga akan menghadapi pelbagai dinamika ekonomi yang membayangi pemulihan ekonomi, terutama dari faktor eksternal seperti lonjakan inflasi di negara-negara.
Menurut Ani, kenaikan inflasi di sejumlah negara akan membuat pemerintah setempat mengetatkan kebijakan fiskal dan moneter, seperti meningkatkan suku bunga acuan.
Tengok saja Brasil yang mencatatkan inflasi 10 persen dan pemerintahannya menyesuaikan kebijakan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. Hal sama juga diramal akan dilakukan The Fed di AS dan bank sentral Eropa.
Jika begitu, ia menilai dampaknya bakal terasa sampai ke negara berkembang seperti Indonesia.
"Kita menyaksikan Amerika dan Eropa telah menunjukkan respons terhadap inflasi yang tetap tinggi. AS telah menyentuh 7 persen dan Uni Eropa lebih dari 5 persen," beber dia.