Starbucks memecat tujuh karyawan yang terlibat dalam serikat pekerja di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat (AS). Gerakan serikat pekerja belakangan terjadi di beberapa kota di Negeri Paman Sam.
Pihak Starbucks (SBUX) membantah pemecatan tujuh karyawan itu berdasarkan keikutsertaan mereka di dalam serikat pekerja. Juru bicara perusahaan, Reggie Borges menyatakan pemecatan dilakukan karena alasan perusakan serius.
Pemecatan berasal dari insiden bulan lalu ketika karyawan mengizinkan awak media massa masuk ke dalam gerai dalam aktivitas berserikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Borges menegaskan seluruh karyawan Starbucks diizinkan berbicara kepada media massa. Namun, terdapat larangan mengundang awak media ke gerai sebelum aktivitas toko ditutup.
Ia mengatakan karyawan yang dipecat memasukkan wartawan ke gerai lewat pintu belakang yang sifatnya terbatas. Seorang staf gerai dikabarkan juga membuka brankas meski tidak mengantongi izin.
"Aksi yang termasuk ke dalam perusakan ini tidak bisa diabaikan. Sebagai hasil investigasi kami, beberapa pegawai yang terlibat bukan lagi bagian dari Starbucks karena mengakibatkan kerusakan yang serius," kata Borges seperti diberitakan CNN.
Starbucks Workers United yang beranggotakan pegawai dari beberapa gerai menuduh perusahaan menghancurkan organisasi mereka karena membuat regulasi yang menyerang pemimpin serikat.
"Saya dipecat hari ini oleh Starbucks karena peraturan yang tidak pernah saya dengar dan tertulis sebelumnya," kata Nikki Taylor, seorang supervisor dalam siaran persnya.
Menanggapi hal ini, Borges kembali menepis tuduhan itu dan menyatakan bahwa setiap karyawan Starbucks menerima pelatihan tentang keamanan dan mengetahui bahwa segala bentuk perusakan akan berbuntut pemecatan.
Pemecatan di Memphis terjadi dua bulan setelah hal serupa terjadi di gerai Buffalo, New York yang merupakan lokasi serikat pekerja Starbucks pertama.
Serikat pekerja Starbucks mengklaim sudah beranggotakan lebih dari 50 gerai di seluruh AS. Mereka mengklaim bakal terus menggalang dukungan dari sesama karyawan.
Pihak Starbucks masih menolak tuntutan para karyawan dengan memberi pernyataan bahwa perusahaan sudah memberi beberapa keuntungan di luar upah seperti asuransi kesehatan bagi pekerja paruh waktu.
Starbucks juga menyediakan beasiswa bagi pelajar. Selain itu, mereka punya standar gaji US$12 atau setara Rp172 ribu per jam dan mengklaim bahwa separuh pekerja penuh waktu di AS menerima US$15 alias Rp215 ribu per jamnya.