Masyarakat akan semakin mudah bertransaksi melalui berbagai fitur dan layanan real time 24/7 dan memperoleh biaya murah yang semakin terjangkau. Hal itu menjadi nyata dengan kehadiran Bank Indonesia (BI) FAST.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa BI FAST adalah infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional yang memiliki sederet kemudahan bagi nasabah. Mulai dari kecepatan hingga biaya transaksi yang amat murah.
"Untuk masyarakat sudah jelas BI FAST betul-betul akan semakin memudahkan masyarakat bertransaksi melalui berbagai fitur dan layanan real time 24/7 dan memperoleh biaya murah yang terjangkau maksimal Rp2.500," jelasnya dalam Webinar Sosialisasi Program BI FAST di CNBC Indonesia TV, Jumat (11/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudahan tidak hanya dirasakan oleh nasabah, tetapi juga pastinya dirasakan oleh industri. Hal ini terutama dari sisi kecepatan layanan. Kini sudah ada 43 peserta BI FAST yang memegang peranan 81 persen dari pangsa pasar.
"Bagi industri sistem pembayaran apakah perbankan dan fintech ini seperti jalan tol, kami sediakan supaya memudahkan transaksinya," ungkap Perry.
Kemudian, bagi para pengambil kebijakan, BI FAST dapat mewujudkan percepatan digitalisasi keuangan dan ekonomi.
Sejumlah kalangan memprediksi bahwa kehadiran BI FAST akan membuka peluang penurunan pendapatan berbasis komisi atau fee based income di industri perbankan.
Sebagai gambaran, biaya transfer antar bank yang dikenakan di BI Fast, yakni maksimal senilai Rp2.500 per transaksi, lebih murah dari biaya yang dikenakan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
"Bagi bank terjadi penurunan [fee based] income. Namun demikian, kami menyikapi ini secara bijak bahwa pada prinsipnya sistem pembayaran harus melihat volume. Kami percaya ke depan volume transaksi akan lebih masif, meningkat cepat dan eksponensial," kata Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Santoso.
Santoso menambahkan, BI Fast adalah infrastruktur yang dibangun BI dan industri perbankan di tengah tren masyarakat yang terus bertransformasi ke arah digital.
Terlebih, selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir 2 tahun, transaksi digital mengalami peningkatan selama pandemi. Oleh sebab itu, volume transaksi menjadi kunci utama.
Selain itu, implementasi BI Fast juga akan memberikan nilai tambah bagi nasabah. "Secara jangka pendek, terjadi penurunan pricing, tapi kami melihat lebih dari sekadar pricing. Ini value buat nasabah," ujarnya.
BI FAST dapat diakses melalui aplikasi yang disediakan industri sistem pembayaran dalam memfasilitasi transaksi pembayaran ritel bagi masyarakat.
Implementasi BI FAST oleh bank kepada nasabahnya akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana bank dalam mempersiapkan kanal pembayaran bagi nasabahnya masing-masing.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta menyebutkan, saat ini terdapat 43 bank yang sudah menerapkan BI FAST.
Pada tahap awal, BI Fast melayani transfer kredit nasabah ritel pada 21 Desember 2021 yang dilakukan secara bertahap. Nantinya BI Fast tak hanya melayani fasilitas kredit dan debet, melainkan dikembangkan pada pengembangan kartu.
Dampak kehadiran BI Fast bagi masyarakat diungkapkan Entrepreneur sekaligus Content Creator Fellexandro Ruby.
Menurutnya, BI Fast membantu pelaku usaha, pemilik toko daring, UMKM, dan masyarakat yang kerap bertransaksi daring karena menyediakan tarif mudah dan terjamin keamanannya untuk transfer antarbank.
(aor)