Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.327 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (21/2) sore. Mata uang Garuda ini ditutup bergeming dibanding nilai pembukaan pada pagi ini.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp14.329 per dolar AS sore ini. Angkanya menguat dari posisi kemarin yang sebesar Rp14.339 per dolar AS.
Lalu, mata uang di Asia terlihat bergerak menguat. dolar Singapura naik 0,11 persen, won Korea Selatan naik 0,32 persen, rupee India naik 0,29 persen, ringgit Malaysia naik 0,11 persen, dan baht Thailand naik 0,06 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisanya menurun antara lain yen Jepang naik 0,10 persen, dolar Hong Kong minus 0,01 persen, peso Filipina yang minus 0,04 persen, dan yuan China minus 0,12 persen.
Di sisi lain, mata uang di negara maju juga menguat. Terpantau, franc Swiss naik 0,34 persen, dolar Kanada naik 0,15 persen, dolar Australia naik 0,59 persen, poundsterling Inggris naik 0,31 persen, dan euro Eropa naik 0,50 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan nilai tukar rupiah masih dibayangi oleh pengaruh eksternal mulai dari ketegangan antara Rusia dan Ukraina hingga kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).
"Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa invasi bisa datang "dalam beberapa hari", sebuah tuduhan yang terus dibantah Rusia. Selain itu, pelaku pasar mata uang juga fokus pada kebijakan bank sentral, mencari petunjuk tentang kecepatan dan ukuran kenaikan suku bunga di pasar utama," kata Ibrahim dalam keterangan resmi, Senin (21/2).
Sementara itu, sentimen positif datang dari dalam negeri, dimana Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2021 tercatat surplus US$13,5 miliar.
"Capaian surplus tersebut jauh meningkat dibandingkan capaian surplus pada tahun sebelumnya yakni sebesar US$2,6 miliar, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga," katanya.
NPI yang meningkat dinilai ditopang oleh pesatnya kinerja ekspor dan meningkatnya permintaan dari negara mitra dagang. Tak hanya tu, tingginya harga komoditas global di tengah impor yang juga meningkat menjadi salah satu alasan tingginya kenaikan NPI.