Utang 'Hijau' RI Capai US$3,5 Juta Tahun Lalu

CNN Indonesia
Selasa, 22 Feb 2022 13:58 WIB
Menkeu Sri Mulyani menyebut pemerintah berhasil menyerap dana US$3,5 juta dari green bond atau utang terkait lingkungan.
Menkeu Sri Mulyani menyebut pemerintah berhasil menyerap dana US$3,5 juta dari green bond atau utang terkait lingkungan. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan green bond atau efek bersifat utang yang terkait dengan lingkungan yang dikeluarkan oleh pemerintah telah berhasil menyerap dana sebesar US$3,5 juta atau setara Rp50,23 miliar (kurs Rp14.353 per dolar). Dana tersebut merupakan akumulasi penawaran sejak 2018 hingga 2021.

"Kita telah menerbitkan green bond sejak tahun 2018 hingga 2021 dan telah menyerap dana sebesar US3,5 juta," kata Sri Mulyani dalam Green Economic Outlook 2022, Selasa (22/2).

Tak hanya itu, ia mengklaim sukuk berwawasan lingkungan juga diminati baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di domestik, kita menerbitkan green sukuk ritel Rp11,8 triliun sampai 2021 dan bahkan pemerintah mengeluarkan Sustainable Development Goals (SDGs) Bonds dalam denominasi euro sebesar 500 juta untuk membiayai pembangunan berkelanjutan dengan suku bunga yang sangat rendah," kata Ani, sapaan akrabnya.

Green bond dan sukuk yang dirilis pemerintah tersebut rencananya digunakan untuk membiayai pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon. Hal ini dilakukan guna mendiversifikasi pembiayaan dan membangun komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).

Kementerian Keuangan menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga negara lainnya untuk mendesain Energy Transition Mechanism (ETM). Lembaga yang dimaksud, antara lain Kemenko Perekonomian, Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Mekanisme tersebut digunakan untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin berkembang dengan kebutuhan energi yang semakin tinggi.

"Pertumbuhan ekonomi pasti memerlukan kebutuhan energi yang tinggi. Sementara, energi di Indonesia masih di dominasi oleh batu bara seperti PLTU. Dengan begitu, ETM didesain agar PLTU melakukan transisi ke energi hijau, dengan skema pembayaran, insentif dan carbon tax yang menjadi sangat penting," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]



(fry/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER