Kurang dari 24 jam setelah Rusia mengerahkan pasukan militer ke Ukraina Timur, kelompok barat mengirimkan pesan tegas bahwa agresi pimpinan Presiden Vladimir Putin itu melahirkan berbagai sanksi ekonomi.
Jerman misalnya, menghentikan sertifikasi pipa Nord Stream 2 pada Selasa (22/2). Langkah yang dinilai kuat menjatuhkan hukuman ekonomi dan keuangan Rusia sejak Putin mengakui dua bagian Ukraina timur sebagai wilayah independen dan memerintahkan pasukannya bertandang ke wilayah itu.
Melansir CNN Business, negara-negara barat kemungkinan tidak akan mengerahkan pasukan mereka sendiri ke Ukraina. Sebagai gantinya, mereka memberikan sanksi ekonomi sebagai hukuman terbaik untuk Moskow dan mencegah agresi lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati hukuman sudah mulai dijatuhkan, namun disinyalir masih ada deretan sanksi lainnya yang disiapkan kelompok barat saat agresi kian agresif.
Keputusan Jerman menghentikan sertifikasi pipa Nord Stream 2 menunjukkan bahwa Eropa bersedia menargetkan industri energi besar Rusia, meski ini berarti harga gas alam akan lebih tinggi untuk konsumen Uni Eropa.
Pipa sepanjang 750 mil tersebut telah selesai pada September, tapi belum menerima sertifikasi akhir dari regulator Jerman. Tanpa itu, gas alam tidak bisa mengalir melalui pipa Laut Baltik dari Rusia ke Jerman.
Nord Stream 2 dapat menghasilkan 55 miliar meter kubik gas per tahun, lebih dari 50 persen konsumsi tahunan Jerman dan bisa bernilai sebanyak US$15 miliar untuk Gazprom, perusahaan milik negara Rusia yang mengendalikan pipa.
"Saya salut dengan keputusan kanselir Jerman, Olaf Scholz, untuk membatalkan Nord Stream 2. Dan saya pikir itu adalah langkah berani, dan hal yang benar untuk dilakukan," ungkap Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Sedangkan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT) atau layanan pesan global yang digunakan oleh bank dan lembaga keuangan menghapus Rusia dari SWIFT. Ini bakal mempersulit lembaga keuangan Rusia untuk mengirim uang ke dalam atau ke luar negeri.
Hilangnya fasilitas komunikasi tersebut juga bakal memberi kejutan kepada perusahaan Rusia dan pelanggan asing mereka, terutama pembeli ekspor minyak dan gas dalam mata uang dolar AS.
"Pemutusan tersebut akan menghentikan semua transaksi internasional, memicu volatilitas mata uang, dan menyebabkan arus keluar modal besar-besaran," terang Maria Shagina, rekan tamu di Institut Urusan Internasional Finlandia.
Menurut mantan menteri keuangan Rusia Alexei Kudrin pada 2014, mengecualikan Rusia dari SWIFT akan menyebabkan ekonominya menyusut sebesar 5 persen.
Berbeda lagi dengan Inggris yang mengumumkan sanksi terhadap lima bank Rusia dan tiga orang kaya Rusia. Johnson mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Rossiya Bank, IS Bank, General Bank, Promsvyazbank dan Black Sea Bank akan menjadi sasaran. Inggris juga akan membekukan aset tiga orang kaya: Gennady Timchenko, Boris Rotenberg dan Igor Rotenberg.
Keluarga Rotenberg adalah pemilik bersama SGM Group, yang membuat infrastruktur minyak dan gas. Sementara Timchenko adalah pemilik perusahaan investasi swasta Volga Group. Ketiganya sudah dikenakan sanksi AS.
Inggris juga akan memberikan sanksi kepada anggota parlemen Rusia yang memilih untuk mengakui kemerdekaan kedua wilayah yang memisahkan diri itu.
"Kami siap untuk melangkah lebih jauh jika Rusia tidak mundur dari jurang. Kami akan membatasi kemampuan Rusia dan perusahaan Rusia untuk mengumpulkan dana di pasar kami, melarang berbagai ekspor teknologi tinggi, serta selanjutnya mengisolasi bank-bank Rusia dari ekonomi global," kata Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.
Sementara AS menargetkan dua lembaga keuangan, utang Rusia, termasuk elit Rusia beserta anggota keluarga mereka.
Gedung Putih mengumumkan sanksi di bagian timur Ukraina yang diakui Putin sebagai negara merdeka. Tetapi hukuman itu sebagian besar bersifat simbolis, dan tidak menimbulkan banyak risiko bagi ekonomi Rusia.
Wakil Penasihat Keamanan Nasional Jon Finer mengatakan hukuman yang lebih keras mungkin akan ditahan untuk mencegah Moskow memerintahkan pasukan lebih jauh ke Ukraina.
"Jika Rusia mengambil tindakan lebih lanjut, kami akan memiliki konsekuensi signifikan dan lebih parah yang dapat kami berikan melalui sanksi," kata Finer.
Biden juga mengatakan pihaknya siap menambahkan sanksi jika Rusia lebih jauh melanggar batas wilayah Ukraina.