Rusia Ditendang dari SWIFT, Investor Siap Hadapi Volatilitas Pasar

CNN Indonesia
Minggu, 27 Feb 2022 08:52 WIB
Kepala Eksekutif Miller & Washington LLC menilai keputusan negara Barat mengeluarkan Rusia dari SWIFT akan berdampak pada perdagangan internasional.
Ilustrasi. Investor bersiap menghadapi pasar yang bergerak fluktuatif, setelah negara Barat mengumumkan serangkaian sanksi keras untuk menghukum Rusia yang menginvasi Ukraina. (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Investor bersiap menghadapi pasar yang bergerak fluktuatif, setelah negara Barat mengumumkan serangkaian sanksi keras untuk menghukum Rusia yang menginvasi Ukraina. Sanksi tersebut berupa pemblokiran beberapa bank dari sistem pembayaran internasional SWIFT.

Diberitakan Reuters, Minggu (27/2), investor sebelumnya sudah khawatir bahwa Rusia akan ditendang dari SWIFT, jaringan pembayaran internasional utama dunia. Hal ini akan mengganggu perdagangan global, merugikan kepentingan barat, dan memukul Rusia.

"Ini berarti akan ada bencana di pasar mata uang Rusia pada Senin (28/2). Saya pikir mereka akan berhenti berdagang dan kemudian nilai tukar akan diperbaiki pada tingkat buatan seperti di masa Soviet," ungkap mantan wakil ketua bank sentral Rusia, Sergei Aleksashenko.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Kepala Eksekutif Miller & Washington LLC Michael Farr mengatakan keputusan negara Barat mengeluarkan Rusia dari SWIFT akan berdampak pada perdagangan internasional.

"Ini bisa menjadi kejutan yang tidak diambil dengan baik jika itu berarti perlambatan dalam perdagangan internasional," kata Farr.

Konflik Rusia dengan Ukraina juga telah membuat saham jatuh dan harga minyak dunia melonjak. Maka dari itu, investor mengamankan asetnya ke emas dan dolar.

Hal ini karena pasar melihat dampak perang Rusia-Ukraina terhadap ekonomi global, termasuk harga komoditas dan inflasi yang berpotensi lebih tinggi.

"Satu masalah adalah inflasi yang disebabkan di sini dan sejauh mana hal itu benar-benar dapat memperlambat ekonomi Eropa. Ini dapat menciptakan hambatan jika terus berlanjut," jelas Farr.

Sementara itu, analis pasar senior di OANDA mengatakan indeks saham S&P 500 anjlok 8 persen sepanjang tahun ini, karena kekhawatiran pasar terhadap konflik Rusia-Ukraina dan kebijakan The Fed terkait suku bunga acuan.

"Banyak trader yakin bahwa AS dan Eropa tidak mengambil sikap keras. Tindakan ini akan sangat sulit dicerna dan akan benar-benar mengambil keberanian investor," ucap analis tersebut.

Beberapa investor berharap pasar kembali bangkit (rebound) karena pasukan barat tidak ikut bergabung dalam perang.

(aud/end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER