Daftar Harga Barang Kebutuhan yang Naik di 2022
Beberapa pekan terakhir, sejumlah harga bahan pokok meningkat di Indonesia. Kenaikan ini dipicu oleh beberapa faktor seperti antisipasi tingginya permintaan dan konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas global meningkat.
Kenaikan harga terjadi mulai dari gas minyak cair (LPG) non subsidi ke Rp15.500 per Kg hingga daging sapi yang diperkirakan menembus Rp150 ribu pada Lebaran 2022.
Berikut daftar harga bahan baku yang mengalami kenaikan per Selasa (1/3):
Lihat Juga : |
1. LPG
PT Pertamina (Persero) menaikkan harga produk gas minyak cair (LPG) nonsubsidi atau non public service obligation (NPSO) dari Rp13.500 menjadi Rp15.500 per Kg. Kenaikan harga ini mulai berlaku pada Minggu (27/2).
"Betul ada penyesuaian harga untuk yang NPSO," ungkap Penjabat sementara (Pjs) Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial & Trading Pertamina Irto Ginting kepada CNNIndonesia.com.
Ia menjelaskan, kenaikan harga LPG mengikuti perkembangan harga minyak dan gas (migas) dunia. "Tercatat, harga contract price aramco (CPA) mencapai US$775 per metrik ton, naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang 2021," ujar Irto.
Di sisi lain, harga LPG subsidi 3 kg, yang porsi konsumsinya mencapai 93 persen, tak berubah. Harga LPG subsidi 3 kg tetap mengacu pada harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan masing-masing pemerintah daerah (pemda) meski tren harga kontrak Aramco (CPA) telah menyentuh US$775 per metrik ton pada Februari 2022.
Tren CPA itu telah mengalami kenaikan sebesar 21 persen dari rata-rata CPA sepanjang tahun lalu. Kenaikan merupakan dampak dari kondisi geopolitik yang memanas antara Rusia dengan Ukraina.
"Meski tren CPA terus meningkat, elpiji subsidi tiga kilogram tidak mengalami perubahan harga," kata Irto seperti dikutip dari Antara, Selasa (1/3).
Pemerintah turun andil memberikan subsidi sekitar Rp11 ribu per kilogram, sehingga masyarakat dapat membeli elpiji subsidi tiga kilogram dengan harga yang terjangkau.
2. BBM
PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM non-subsidi pada 12 Februari 2022 karena menyesuaikan harga terkini industri migas. Kenaikan disesuaikan dengan patokan minyak ICP per Januari 2022, yakni US$85 per barel.
Jenis BBM non-subsidi yang naik harga adalah pertamax turbo, pertamina dex, dan dexlite. Kenaikan tersebut bervariasi untuk setiap daerah di Indonesia, mulai dari Rp1.500 per liter untuk pertamax turbo hingga Rp2.650 per liter untuk dexlite.
Namun, ada kemungkinan harga BBM akan semakin meningkat menyusul konflik Rusia-Ukraina yang membuat harga minyak mentah global melonjak.
Irto Ginting menyebut lonjakan harga minyak internasional bakal berdampak ke harga BBM dan LPG dalam negeri.
Namun, ia belum dapat memastikan apakah harga BBM dan LPG dari Pertamina akan naik atau tidak. Saat ini, manajemen masih memantau perkembangan harga minyak dan gas (migas) dunia.
"Harga minyak tentu akan berdampak pada harga BBM dan LPG. Kami tetap akan terus mantau perkembangan pasar migas dunia dan melakukan kajian," ucap Irto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (25/2).
Ia mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi secara berkala terkait harga migas dunia. Selain itu, Pertamina juga akan berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan mengenai harga jual eceran BBM agar kondisi pasar dalam negeri tetap seimbang.
Sementara, Pertamina akan melihat kemampuan keuangan perusahaan di tengah potensi kenaikan harga migas internasional demi memastikan pasokan BBM tetap terjaga untuk masyarakat.
Ketika ditanya akan jenis BBM mana yang berpotensi naik harga, Irto menjelaskan penetapan harga jual eceran BBM non-subsidi akan mengikuti aturan Keputusan Menteri ESDM No 62 Tahun 2020 yang mengatur formula harga dasar BBM umum jenis bensin dan solar.
"Agar tetap terjaga kondisi pasar yang seimbang dalam menyikapi kondisi pasar serta kemampuan keuangan perusahaan dalam rangka memastikan jaminan suplai BBM kepada masyarakat," ucap Irto.
3. Kedelai
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan harga kedelai di pasar global tembus US$15,77 per bushels atau Rp220.780 per bushels pada pekan kedua Februari 2022. Angka itu melonjak 18,9 persen dibandingkan dengan pekan pertama Januari 2022.
Ia menjelaskan, harga kedelai melonjak di pasar global karena gangguan cuaca kering yang melanda Amerika Serikat (AS) selama dua bulan terakhir. Dengan demikian, produksi kedelai di Brazil, Argentina, dan Paraguay ikut terganggu.
Menurut laporan Departemen Agrikultur AS (USDA) Februari 2022, produksi kedelai di Brazil, Argentina, dan Paraguay turun lebih dari 18 juta ton sejak Desember 2021.
"Penurunan produksi tersebut berdampak pada harga kedelai di pasar global yang mengalami kenaikan secara signifikan," jelas Musdhalifah.
Ekonom Indef Rusli Abdullah mengatakan dari kebutuhan kedelai tahun lalu sebanyak 2,5 juta ton, di antaranya 2,2 juta ton berasal dari impor. Maklum, iklim di Indonesia memang tak mendukung produksi kedelai.
Lihat Juga : |
Menurut Rusli, pemerintah tak berdaya menangani persoalan kedelai. "Pemerintah enggak bisa ngapa-ngapain. Terkunci, dilihat dari fakta kita impor itu sampai 91 persen," imbuh dia.
Sebagai informasi, para perajin tahu dan tempe di sejumlah daerah di Tanah Air melakukan mogok produksi dan berdagang pada 21-23 Februari 2022. Rencana tersebut disebabkan oleh harga kedelai yang naik.
Salah satunya para perajin tahu tempe ibu kota yang tergabung dalam Puskopti DKI Jakarta. Ketua Puskopti DKI Jakarta Sutaryo menjelaskan aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes mahalnya harga kedelai. Ia menyebut harga kedelai mencapai Rp11.300 per kg.
Aksi rencananya akan diikuti oleh 4.500 produsen tahu dan tempe. Terdapat dua tuntutan yang akan disampaikan. "Tuntutannya pertama stabilitas harga, kedua turunkan harga. Karena dengan harga tinggi, pembeli tempe dan tahu lemah (daya beli)," kata dia, Rabu (16/2) lalu.