Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi menyerukan agar negaranya melarang impor minyak mentah dari Rusia. Itu dilakukan setelah Rusia menginvasi Ukraina sejak Kamis (24/2) lalu.
"Saya mendukung semua itu. Larang (impor minyak dari Rusia)," kata Nancy, seperti dikutip CNN Business, Jumat (4/3).
Tak hanya Nancy, rancangan peraturan terkait hal tersebut bahkan didukung dua senator, yakni Joe Machin dari Partai Demokrat asal West Virginia dan Lisa Murkowski dari Partai Republik asal Alaska.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, pelarangan impor minyak dari Rusia tampaknya tak akan banyak mempengaruhi kinerja industri perminyakan AS. Saat ini, harga minyak mentah dunia telah tembus di atas US$100 per barel.
US Energy Information Administration mengungkapkan AS hanya mengimpor 90 ribu barel minyak per hari dari Rusia. Angka tersebut bahkan tidak sampai 2 persen dari total impor minyak Negeri Paman Sam.
AS justru banyak tergantung impor minyak dari negara lain, seperti Kanada (4 juta barel minyak per hari), Meksiko (492 ribu barel), Arab Saudi (472 ribu barel, Irak (223 ribu barel), dan Kolombia (212 ribu barel).
Sehingga, Global Head of Energy Analysis di Oil Price Information Service Tom Kloza mengatakan misi ini bukan masalah yang besar bagi AS.
"Ini bukan misi yang kritikal karena impor terbesar AS dari Kanada, Meksiko, hingga Arab Saudi. Sementara Rusia, hanya sebagian kecil," katanya.
Energy Strategist di Rabobank Ryan Fitzmaurice mengungkapkan impor minyak asal Rusia ke AS dinilai hanyalah keperluan bisnis semata dan bukan karena kebutuhan. "Dalam jangka pendek, larangan impor minyak Rusia hanya sebatas aksi simbolik," ujarnya.
Di lain sisi, apabila larangan impor diberlakukan di seluruh dunia, maka akan ada konsekuensi keuangan yang lebih besar. Pasalnya, Rusia dikenal sebagai negara penghasil minyak bumi terbesar kedua di dunia setelah AS.
Terlebih, JPMorgan memperkirakan sejak dijatuhkannya sanksi banyak negara, 4 juta barel minyak mentah Rusia telah dikesampingkan dan membuat harga minyak dunia meroket.
Sebagai informasi, Sabtu (5/3), harga minyak mentah dunia semakin meroket. Dua harga acuan minyak dunia yakni minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) telah menembus level tertinggi masing-masing sebesar US$118,11 dan US$115,68 per barel.