Sejumlah agen dompet digital Paytren mengaku tak khawatir dengan rencana Yusuf Mansur menjual Paytren Aset Manajemen. Pasalnya, hal itu tak berdampak langsung kepada mereka.
Perusahaan yang menaungi dompet digital Paytren berbeda dengan Paytren Aset Manajemen. Dompet digital Paytren berada di bawah PT Veritra Sentosa Internasional.
Suprihatin, salah satu agen Paytren mengatakan tak ada info perubahan soal operasional agen. Semua berjalan masih normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setahu saya tidak ada pemberhentian, bisa seumur hidup kok. Kalau Paytren saya pakai aplikasinya, dan e-money itu membantu banget untuk saya dan saya bisa membantu orang lain juga (mengenal Paytren)," ungkap Suprihatin kepada CNNIndonesia.com, Kamis (24/3).
Ia mengaku sudah tahu Paytren sejak 2013. Namun, Suprihatin baru bergabung menjadi agen pada 2019 lalu.
"Saya dengar nama Paytren itu sudah lama, sejak 2013. Terus saya juga cari tahu tentang DAQU dan bagaimana saya bisa ikut dengan DAQU ini," terang Suprihatin.
DAQU yang dimaksud Suprihatin adalah Pendaftaran Paytren Afiliasi Paytren Daqu (PPPA Daarul Qur'an).
Mengutip laman resminya, PPPA Daarul Qur'an adalah lembaga pengelola sedekah yang berkhidmat pada pembangunan masyarakat berbasis tahfizhul Qur'an yang dikelola secara profesional dan akuntabel. Lembaga ini didirikan oleh Yusuf dan menjadi program yang terafiliasi dengan bisnis Paytren.
"Ketemu sama DAQU jadinya saya senang sekali. Saya senang usaha, ingin jadi pengusaha tapi sebenarnya cita-cita dari kecil ingin jadi guru," terang Suprihatin.
Saat baru menjadi agen, ia cukup gagap teknologi (gaptek). Dengan demikian, ia baru bisa menawarkan produk Paytren secara offline kepada tetangga dan saudara.
Sejauh ini, Suprihatin juga belum mendapatkan keuntungan signifikan. Pasalnya, ia belum memiliki nasabah.
"Kalau menurut saya dan saya sudah jelaskan ke saudara saya juga, bahwa untungnya kecil memang. Tapi kalau kita bersungguh-sungguh tidak ada yang tidak mungkin," jelas Suprihatin.
Dihubungi terpisah, Chaya mengaku sempat menjadi agen Paytren pada 2018 lalu. Namun, ia hanya bertahan selama satu tahun.
"Kesulitannya semenjak sudah berumah tangga saya tidak bisa bebas pakai ponsel lagi untuk mencari orang (nasabah) seperti dulu," cerita Chaya.
Ia pun memutuskan untuk keluar dari grup WhatsApp yang berisi agen Paytren. Chaya berubah haluan dengan membuka usaha percetakan foto.
"Karena lebih mudah kerjanya hanya duduk, tunggu langanan foto, ngga perlu repot dan untung lebih besar," terang Chaya.
CNNIndonesia.com sudah berusaha mengontak sekitar 15 agen paytren yang mempromosikan diri mereka lewat akun media sosial Twitter dan Instagram. Namun, sebagian besar sudah tidak aktif lagi alias vakum dari menjadi seorang mitra Paytren.
Sebelumnya, Yusuf mengumumkan akan menjual 100 persen sahamnya di Paytren Aset Manajemen. Hal itu dilakukan untuk mencapai tujuan atau visi misi perusahaan.
(tdh/aud)