ANALISIS

Mencari Biang Kerok Solar Langka

CNN Indonesia
Selasa, 29 Mar 2022 07:00 WIB
Pengamat menduga kelangkaan Solar yang terjadi di sejumlah daerah lantaran penyelewengan oknum hingga subsidi yang terbatas. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani).
Jakarta, CNN Indonesia --

Belum usai masalah kelangkaan minyak goreng masyarakat harus kembali dihadapkan pada masalah baru. Pasokan bahan bakar minyak (BBM) Solar dikabarkan menipis di sejumlah daerah.

Provinsi Bengkulu misalnya, sang gubernur berniat untuk mengajukan penambahan kuota subsidi Solar kepada Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Ini dilakukan karena pasokan solar di Bengkulu tak stabil hingga menimbulkan antrean yang panjang.

"Pemerintah daerah mengajukan penambahan kuota BBM subsidi jenis solar agar tidak ada antrean panjang kendaraan di beberapa SPBU," kata Gubernur Bengkulu Rohidin, seperti dikutip dari Antara, Senin (28/3).

Hal serupa telah dilakukan oleh Gubernur Riau Syamsuar. Ia telah melayangkan surat kepada BPH Migas untuk menambah kuota subsidi biosolar hingga 884 ribu kiloliter.

"Kami sudah sampaikan melalui surat bernomor 541/DESDM-02/765 karena adanya kelangkaan BBM biosolar di Riau dan merujuk pada Peraturan Presiden nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak," kata Syamsuar.

Kota Palembang di Sumatera Selatan juga mengalami kelangkaan Solar. Salah seorang petugas SPBU mengaku kelangkaan tersebut terjadi akibat pasokan Solar yang hanya tersedia 16 ton per hari. Padahal, kapasitas normalnya mencapai 30 ton per hari.

Antrean truk muatan barang dan logistik yang berjejer hingga 2 kilometer juga menjadi pemandangan baru di salah satu SPBU di Kabupaten Batubara, Sumatera Selatan. Para sopir truk bahkan mengaku harus mengantre hingga seharian penuh hanya untuk memenuhi tangki bahan bakarnya.

Pengelola SPBU mengatakan bahwa kelangkaan terjadi akibat adanya pengurangan jatah subsidi Solar yang mencapai 50 persen dari total kapasitas yang ada.

"Sudah 7 hari. Kalau stoknya masih banyak, kami sesuaikan dengan tangki kendaraan yang mengisi," kata Manajer SPBU di Batubara Indra, dikutip dari CNN Indonesia TV.

Menanggapi hal tersebut, perusahaan pelat merah angkat bicara. PT Pertamina Patra Niaga, anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar, mengungkapkan bahwa kelangkaan Solar terjadi akibat meningkatnya permintaan.

"Memang, ada peningkatan permintaan (BBM Solar) seiring dengan pertumbuhan ekonomi," ujar Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting kepada CNNIndonesia.com, Senin (28/3).

Ia pun memastikan bahwa stok bahan bakar Solar aman untuk 20 hari ke depan dan penyalurannya akan dilakukan sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan pemerintah.

Untuk mengantisipasi kelangkaan, Irto mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan normalisasi terhadap permintaan Solar dengan merealisasikan subsidi hingga lebih dari 10 persen dari kuota yang ditetapkan.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menduga kelangkaan Solar bersubsidi terjadi karena penyelewengan BBM oleh industri besar sawit dan pertambangan.

Ia menyebut porsi penjualan Solar bersubsidi mencapai 93 persen, sedangkan 7 persen lainnya Solar non subsidi. Dengan begitu, pihaknya dan aparat penegak hukum akan memastikan aliran bahan bakar Solar subsidi tersebut mengalir kemana.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Subsidi Mepet


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :