Rusia kehilangan 79 pesawat atau 10 persen dari total angkutan udara akibat sanksi yang dijatuhkan sejumlah negara Eropa dan AS setelah menginvasi Ukraina.
Mengutip CNN, Jumat (8/4), sanksi dari negara barat dan AS mewajibkan perusahaan penyewaan pesawat internasional mengambil alih seluruh armada dari Rusia per akhir Maret 2022. Perusahaan penyewaan internasional ini, seperti Boeing dan Airbus.
Ketika Rusia menginvasi Ukraina, maskapai penerbangan Rusia mengoperasikan 861 pesawat komersial, baik pesawat penumpang maupun barang. Lebih dari setengah pesawat itu diperkirakan memiliki nilai pasar mencapai US$9,2 miliar atau Rp128,8 triliun (asumsi kurs Rp14 ribu per dolar AS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Industri penerbangan Rusia sendiri bergantung dengan pesawat yang diproduksi oleh negara barat dan AS, seperti Boeing dan Airbus.
Namun, AS dan negara barat telah menutup ruang udara ke Rusia setelah invasi ke Ukraina yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Meski begitu, beberapa pesawat milik perusahaan penyewaan internasional masih berada di Rusia.
Pemerintah Rusia mengumumkan bahwa mereka menasionalisasi semua pesawat yang berusaha diambil alih oleh leasing dan mengambil alih hampir 500 pesawat yang ada di Rusia.
Lihat Juga : |
Namun, sebagian besar perusahaan leasing besar, termasuk Air Lease Corp (AL), Aviation Capital Group, Avolon, dan SMBC Aviation Capital menolak mengomentari pesawat yang telah mereka sita atau tindakan Rusia untuk menasionalisasi pesawat yang masih berada di negara beruang merah.
Sementara, beberapa perusahaan leasing di negara-negara yang belum menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, seperti China dan Uni Emirat Arab ikut mengambil alih pesawat mereka dari Rusia. Pasalnya, semua pesawat yang tetap di bawah kendali Rusia dianggap tak berharga karena sanksi yang diberikan oleh AS dan Eropa.
Sanksi itu juga mengharuskan Boeing, Airbus, dan pembuat mesin seperti General Electric (GE) berhenti menyediakan suku cadang dan dukungan layanan kepada operator udara Rusia.
Meski begitu, Pemerintah Rusia telah mengumumkan akan melayani pesawat secara internal. Namun, pesawat di bawah kendali Rusia tetap tak diakui oleh negara lain karena kekurangan suku cadang dan layanan resmi.
(tdh/aud)