Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina menyebabkan harga minyak dunia melambung. Pasalnya, Negeri Beruang Merah merupakan salah satu eksportir minyak terbesar di dunia sementara perang membuat pasokan dari negara tersebut terhambat.
Pada pertengahan Maret, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei menyentuh level US$118,11 per barel. Sedangkan, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April dibanderol US$115,68 per barel.
Kenaikan harga minyak tersebut bisa dibilang cukup drastis. Mengingat harga minyak mentah Brent dan WTI pada Januari atau sebelum perang, masing-masing berada di kisaran US$78,98 per barel dan $76,08 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Kondisi tersebut ikut mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) di beberapa negara. Di Indonesia, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM Pertamax dari Rp9.000-Rp9.400 per liter menjadi Rp12.500 hingga Rp13.000 per liter mulai Jumat (1/4) lalu.
Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero) Irto Ginting mengatakan penyesuaian harga dilakukan secara selektif. Dalam hal ini, kenaikan hanya berlaku untuk BBM nonsubsidi yang dikonsumsi masyarakat sebesar 17 persen, di mana 14 persen merupakan jumlah konsumsi Pertamax dan 3 persen jumlah konsumsi Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex.
Lantas, selain Indonesia, negara mana saja yang mengalami kenaikan harga BBM?
Invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi larangan impor minyak dari Rusia berdampak sangat parah bagi Peru. Negara yang berbatasan dengan Ekuador dan Kolombia itu mengimpor sebagian besar minyaknya dari Rusia.
Akibatnya, kenaikan inflasi tak terhindarkan. Segmen yang paling terkena imbasnya adalah makanan dan tentu saja BBM, dengan kenaikan harga mencapai 9,54 persen.
Dilansir dari CNN, harga BBM di Peru naik menjadi US$1,33 per liter pada Maret dari yang sebelumnya pada Februari hanya US$1,01 per liter.
Lanka IOC, salah satu pemasok bahan bakar terbesar Sri Lanka telah menaikkan harga BBM hampir 20 persen. Hal tersebut dilakukan karena negara tersebut tengah menghadapi kesulitan impor minyak dan krisis dolar.
Pada akhir Maret lalu, Lanka IOC menaikkan harga BBM menjadi 303 rupee per liter dari yang sebelumnya 254 rupee per liter.
Perusahaan mengatakan depresiasi 30 persen rupee terhadap dolar AS dan mata uang utama lainnya bulan ini juga semakin memicu kenaikan harga BBM.
Lonjakan harga BBM juga terjadi di negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un ini. Kenaikan harga terjadi tak lama setelah invasi Rusia ke Ukraina dan AS serta negara-negara lain yang menjatuhkan sanksi kepada negara Vladimir Putin itu.
Dilansir dari RFA, pasokan minyak Korea Utara memang bergantung pada impor dari China dan Rusia.
Pada Maret lalu, harga BBM di Korea Utara mencapai US$5,20 per galon (1 galon sekitar 3,7 liter). Angka tersebut naik dibandingkan pada Februari yang hanya dibanderol US$$4,12 per galon.