Nilai perdagangan China dan Rusia mencapai US$11,67 miliar atau setara Rp167,59 triliun (asumsi kurs Rp14.361 per dolar) pada Maret 2022. Angka itu tercatat mendaki 12,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Data Bea Cukai China juga menunjukkan total perdagangan antara dua negara itu melonjak 30,45 persen selama kuartal I 2022. Lonjakan perdagangan terjadi sejalan dengan tindakan Pemerintah China yang mengkritik sanksi Barat terhadap Rusia.
Dilansir dari Reuters, Rabu (13/4), peningkatan perdagangan antara China dan Rusia sudah terjadi dalam beberapa bulan belakangan. Bahkan, tahun lalu jumlah nilai perdagangan antara keduanya melesat 35 persen ke level US$146,9 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negeri Beruang Merah sendiri merupakan mitra utama China untuk perdagangan komoditas, seperti minyak, gas, batu bara, dan produk pertanian.
Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Akibatnya, negara itu harus menerima beragam sanksi yang dilayangkan negara Barat.
China menolak untuk menyebut tindakan Rusia sebagai invasi dan telah berulang kali mengkritik sanksi yang dilayangkan Barat.
Beberapa pekan sebelum Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan strategis 'tanpa batas'.
Lihat Juga : |
Oleh karena itu, China dapat mengurangi 'penderitaan' Rusia saat negara Barat memberikan sanksi dengan lebih banyak membeli komoditas dari Rusia.
Para analis mengatakan mereka belum melihat indikasi besar bahwa China melanggar sanksi Barat terhadap Rusia.
Di sisi lain, Juru Bicara Bea Cukai China Li Kuiwen mengatakan kerja sama ekonomi dan perdagangan China dengan negara-negara lain termasuk Rusia dan Ukraina tetap normal.