Sri Mulyani Khawatir Cicilan Utang RI Naik Akibat Lonjakan Inflasi

CNN Indonesia
Kamis, 14 Apr 2022 19:32 WIB
Menkeu Sri Mulyani menyebut kenaikan inflasi global dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral dunia akan berdampak ke kenaikan bunga dan cicilan utang RI.
Menkeu Sri Mulyani menyebut kenaikan inflasi global dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral dunia akan berdampak ke kenaikan bunga dan cicilan utang RI. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kenaikan inflasi global dan pengetatan kebijakan moneter dari para bank sentral di dunia akan memberi ancaman kepada Indonesia. Ancaman terkait potensi peningkatan jumlah bunga utang dan cicilan yang perlu dibayarkan.

"Maka dari sisi utang yang akan kita kelola akan mengalami tekanan dari sisi jumlah bunga utang maupun cicilan yang harus dibayarkan," ujar Ani, sapaan akrabnya saat konferensi pers di Istana Negara, Kamis (14/4).

Dengan ancaman ini, sambung Ani, maka pemerintah perlu berhati-hati dalam menyusun kebijakan fiskal ke depan. Termasuk dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apalagi, pemerintah punya kewajiban untuk mengembalikan tingkat defisit anggaran ke 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023. Sebab, pemerintah sudah diberi kelonggaran untuk melewati batas defisit 3 persen dari PDB pada 2020-222.

"Ini yang harus kita pertimbangkan sebagai bagian dari desain APBN 2023 kembali menuju pada defisit di bawah 3 persen," tuturnya.

Oleh karena itu, bendahara negara mulai memikirkan solusi dari ancaman ini. Salah satunya, menurut Ani, Indonesia harus mulai mengurangi jumlah penerbitan surat utang ke depan.

"Agar jumlah kebutuhan untuk menerbitkan surat utang bisa diturunkan secara bertahap namun tetap berhati-hati," imbuhnya.

[Gambas:Video CNN]

Kendati begitu, belum ada proyeksi berapa total kebutuhan pembiayaan utang di APBN 2023. Yang pasti, pemerintah menargetkan defisit cuma Rp562,6 triliun sampai Rp596,7 triliun atau 2,81 persen hingga 2,95 persen dari PDB.

Inflasi di sejumlah negara melonjak belakangan ini, Salah satunya di Amerika Serikat yang secara tahunan melesat jadi 8,5 persen pada Maret 2022 kemarin. Inflasi yang tinggi terjadi karena kenaikan harga sejumlah komoditas di pasar internasional. Kenaikan harga komoditas semakin tinggi sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022.

Sayangnya, inflasi yang tinggi membuat bank sentral negara-negara di dunia perlu mengerek tingkat bunga acuan mereka. Saat ini, bank sentral Amerika Serikat, Sri Lanka, Kanada, dan Korea Selatan sudah mulai mengerek bunga acuan mereka dengan besaran yang bervariasi.

(uli/agt)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER