Jasa Tukar Uang dan Jerit Emak-emak Demi Biayai Kuliah Anak
Maria (bukan nama sebenarnya) menatap lurus ke arah setiap pejalan kaki yang melewatinya di sepanjang trotoar Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (25/4) ini.
Sesekali ia memanggil mereka, berharap ada pelanggan pertama yang menukarkan uang kepadanya hari ini. Bukan tanpa sebab.
Jasa penukaran uang recehnya belum laku sama sekali sejak ia membuka lapak jam 11 tadi. Terik matahari ibu kota tak menghalanginya.
Topi, jaket, dan kursi plastik putih ia siapkan sebagai modalnya melawan teriknya matahari.
"Belum, belum ada yang beli. Nanti ramenya sore, jam-jam pulang kerja," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Wanita berusia 50 tahun yang berprofesi sebagai joki membuka jasa penukaran uang pecahan baru sebagai kerjaan sampingan saja jelang Idulfitri. Profesi itu sudah dilakoninya tiga tahun belakangan.
Ia bercerita mau tak mau harus bekerja keras menjadi apa saja, termasuk joki dan penjual jasa penukaran uang baru, demi membiayai kuliah dua anaknya.
"Serabutan aja, apa aja saya kerjakan, mau nganterin ke RS, antre nomor juga," beber dia.
Menurutnya, pekerjaan sebagai penjaja uang receh cukup lumayan. Selama seminggu terakhir ia sudah berhasil menjual pecahan baru setara Rp10 juta.
Dari setiap penukaran Rp100 ribu, ia mengambil untung Rp10 ribu. "Kalau Rp1 juta berarti jadi Rp1,1 juta," terang dia.
Tapi sayang, untung tersebut tak masuk ke kantongnya sendiri. Melainkan, ia bagi dengan bos atau yang disebutnya sebagai 'bandar'.
Ia enggan menjelaskan terlalu detail siapa orang yang ia sebut sebagai bandar itu. Namun dari pengakuannya, untung yang didapat dibagi tiga sehingga ia hanya mendapat sekitar sepertiga untung. "Saya boleh ada bandarnya gitu, jadi saya cuma persenan doang," ujarnya.
Segendang sepenarian dengan Maria, upaya mendulang untung dari jasa penukaran uang baru juga dilakoni Maimunah (bukan nama sebenarnya).
Beroperasi tepat di seberang Pasar Borobudur, Ciledug, Tangerang ia berteriak lantang menawarkan jasa penukaran uang barunya kepada masyarakat yang lewat.
"Boleh mba, boleh Pak, uang barunya," ujar dia sambil mengipaskan tumpukan uang pecahan Rp10 ribu ke arah mereka yang berlalu lalang di lokasi itu, Jumat (22/4) lalu.