Sri Mulyani Waspadai Potensi Stagflasi pada Ekonomi RI

CNN Indonesia
Jumat, 20 Mei 2022 15:30 WIB
Menkeu Sri Mulyani mewaspadai potensi lonjakan inflasi yang sudah terjadi di beberapa negara, meskipun kondisi itu belum terjadi di RI.
Menkeu Sri Mulyani mewaspadai potensi lonjakan inflasi yang sudah terjadi di beberapa negara, meskipun kondisi itu belum terjadi di RI. (REUTERS/EVELYN HOCKSTEIN).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai dampak dari fenomena stagflasi alias kondisi ekonomi dengan tingkat inflasi tinggi yang memicu resesi. Fenomena ini mulai merebak di berbagai negara dan mengancam ekonomi Indonesia.

"Perubahan risiko global ini harus menjadi fokus perhatian dan harus kita kelola secara tepat langkah dan tepat waktu, hati-hati, dan efektif," ungkap Ani, sapaan akrabnya, di Rapat Paripurna DPR, Jumat (20/5).

Ani menjelaskan fenomena stagflasi merupakan kondisi ekonomi di mana tingkat inflasi naik tinggi, namun perekonomian justru melambat, bahkan menyentuh resesi. Saat ini, beberapa negara sudah mengalami kenaikan inflasi yang tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut catatannya, inflasi India sudah naik 7,8 persen, Amerika Serikat 8,3 persen, Inggris 9 persen, Brasil 12,1 persen, Argentina 58 persen, dan Turki 70 persen. Indonesia pun meningkat inflasinya ke 3,5 persen, namun masih lebih rendah dari negara-negara tersebut.

"Tekanan inflasi Indonesia tidak setinggi negara-negara tersebut karena kenaikan harga energi global diredam oleh APBN yang konsekuensinya menyebabkan kebutuhan belanja subsidi energi dan kompensasi meningkat tajam," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

Lebih lanjut, tingkat inflasi yang tinggi bisa membuat masyarakat jadi berhemat dan mengurangi konsumsi mereka. Hal ini berpotensi menggerus pertumbuhan ekonomi hingga ke jurang resesi.

"Jika tidak terkelola, risiko global ini akan menggiring kepada kondisi stagflasi, yaitu fenomena inflasi tinggi dan terjadinya resesi seperti yang pernah terjadi di Amerika Serikat pada periode awal 1980-an dan 1990-an," terangnya.

"Kondisi stagflasi akan memberikan imbas negatif luar biasa ke seluruh dunia terutama terhadap negara-negara berkembang dan emerging market," lanjutnya.

Untuk itu, menurutnya, Indonesia perlu mewaspadai fenomena staglasi ke depan. Pemerintah pun mempertimbangkan kondisi ini dalam penyusunan asumsi makro dan fiskal APBN 2023.

(uli/agt)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER