Jejak Startup di Indonesia: Dari Booming Sampai Mulai 'Gugur'

CNN Indonesia
Kamis, 02 Jun 2022 09:39 WIB
Startup menjadi perhatian beberapa waktu terakhir di tengah maraknya PHK yang dilakukan perusahaan. Padahal, startup sempat booming beberapa tahun lalu.
Startup menjadi perhatian beberapa waktu terakhir di tengah maraknya PHK yang dilakukan perusahaan. Padahal, startup sempat booming beberapa tahun lalu. Ilustrasi. (Istockphoto/ismagilov).
Jakarta, CNN Indonesia --

Perusahaan rintisan (startup) mulai booming dan menjamur di Indonesia pada 2015 lalu. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat pada tahun tersebut paling tidak 62 startup bangsa dari berbagai industri menerima kucuran dana dari investor dalam dan luar negeri.

Hal itu mendongkrak kepercayaan diri bangsa di bidang teknologi meningkat. Terlebih, Indonesia menjadi salah satu negara dari 8 negara berkembang yang dinilai berpotensi untuk terus maju.

Jika mempertimbangkan penetrasi internet dan smartphones atau jam yang dihabiskan masyarakat Tanah Air untuk mengkonsumsi teknologi, Indonesia tak dapat dipungkiri menjadi salah satu potensi terpendam perkembangan startup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tahun yang sama, pemerintah ikut menyampaikan dukungan dengan menargetkan untuk menciptakan 1.000 technopreneurs dalam jangka waktu lima tahun ke depan serta menjadikan valuasi ekonomi digital sebagai alat pendorong PDB hingga 22 persen hingga 2020.

Model bisnis dan ide startup beragam, ada yang meniru dengan yang sudah terbukti sukses di pasar, ada pula yang membangun ide dari permasalahan di sekitar.

Terdapat tiga sektor yang menjadi pilihan paling banyak bagi startup di Indonesia, yakni ekonomi perdagangan atau ecommerce, pendidikan, dan game.

Hingga 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim Indonesia memiliki 2.229 startup. Menurutnya, jumlah ini merupakan yang terbesar kelima di dunia.

"Saat ini, Indonesia memiliki startup sebanyak 2.229 perusahaan, kelima terbesar di dunia," tutur Jokowi saat menyampaikan pidato di acara ASEAN Business and Investment Summit, beberapa waktu lalu.

Dari jumlah startup itu, satu perusahaan berstatus decacorn alias memiliki valuasi mencapai US$10 miliar. Sementara, enam perusahaan di antaranya merupakan unicorn atau memiliki valuasi sebesar US$1 miliar.

Namun, kepercayaan akan berkembangnya bisnis startup terkendala. Sebab, perekonomian yang terganggu oleh pandemi serta ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina membuat kinerja beberapa startup menurun hingga harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya.

Tercatat sepanjang 2022 ada beberapa startup yang mulai berguguran dengan melakukan PHK. Salah satunya Zenius, startup bidang pendidikan ini memangkas lebih dari 200 karyawan. Manajemen mengaku kinerja perusahaan turun di tengah gejolak ekonomi.

"Agar dapat beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang mempengaruhi industri, Zenius melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan," ungkap manajemen dalam keterangan resmi, Selasa (24/5) lalu.

Kemudian, LinkAja yang merupakan layanan digital keuangan BUMN juga melakukan PHK pada sejumlah karyawan. Head of Corporate Secretary Group LinkAja Reka Sadewo mengatakan hal tersebut dilakukan dalam rangka reorganisasi sumber daya manusia (SDM).

Menurut Reka, akan ada beberapa perubahan signifikan yang akan dilakukan anak usaha Telkom ini, terutama berkaitan dengan fokus dan tujuan bisnis perusahaan. Hal tersebut akan berpengaruh pada beberapa aspek operasional perusahaan, salah satunya adalah reorganisasi SDM.

"Tentunya ini krusial untuk dilakukan, untuk memastikan bahwa perusahaan dapat bertumbuh secara optimal, dengan ditopang oleh pilar SDM yang efisien dan sesuai dengan fokus dan target perusahaan ke depan," ujar Reka.

Bersambung ke halaman berikutnya...


HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER