Senada, Vice President of Investment MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengatakan minat investor asing untuk menanamkan dana di startup besar mulai berkurang saat ini. Mereka mulai selektif karena ketidakpastian ekonomi global sedang tinggi.
"Jadi sebenarnya ini (tergantung) bagaimana perusahaan dan penemunya bisa cukup lincah untuk bisa memenuhi kebutuhan appetite baru investor atau enggak," kata Aldi.
Dalam situasi ini, sambung Aldi, akan banyak startup yang akan mengubah model bisnis sesuai standar investor. Hal ini akan membuat beberapa perusahaan memangkas beberapa unit usaha yang kurang menguntungkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin kalau dulu kebanyakan investor waktu market meningkat (bull market), bisa dibilang mereka appetite-nya lebih santai. Mereka (investor) nggak begitu disiplin. Sekarang mereka (investor) lebih disiplin," jelas Aldi.
MDI Ventures sendiri akan menerapkan strategi tersebut dalam berinvestasi. Aldi mengatakan perusahaan menargetkan untuk menyuntikkan modal ke 10 sampai 15 perusahaan tahun ini.
Namun, MDI Ventures akan selektif dalam memilih startup. Manajemen akan memperketat syarat bagi startup yang membutuhkan suntikan dana.
"Sebenarnya ini kesempatan yang baik untuk kami bisa mendapatkan perusahaan yang benar-benar bagus dan punya dasar fundamental yang kuat. Perusahaan yang didukung dengan perintis terbaik, harga tepat dan modal yang tepat juga," papar Aldi.
Sejauh ini, MDI Ventures telah menyuntikkan modal ke beberapa startup, seperti Kredivo, SiCepat, Mobile Premier League (MPL) dan Goers.
Lihat Juga : |
Sebelumnya, beberapa perusahaan startup melakukan PHK besar-besaran. Salah satu yang terbaru adalah platform gim dan turnamen MPL yang menutup operasional di Indonesia dan memangkas karyawan hingga 100 orang.
PHK juga dilakukan oleh perusahaan dompet digital LinkAja, edutech Zenius, hingga platform belanja online JD.ID.
LinkAja melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan untuk reorganisasi sumber daya manusia (SDM). Sementara, Zenius melakukan PHK terhadap lebih dari 200 karyawan lantaran kinerja perusahaan menurun di tengah gejolak ekonomi.
(tdh/aud)