Startup Pahamify PHK Karyawan, Adaptasi Kondisi Makroekonomi
CEO atau Co-Founder education technology (edtech) Pahamify Syarif Rousyan Fikri mengakui terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan.
Menurut Syarif, perusahaan rintisan (startup) edukasi tersebut memutuskan PHK demi mengoptimalkan proses bisnis.
"Setelah mengevaluasi bisnis kami, kami telah memutuskan untuk mengoptimalkan proses bisnis kami yang mengharuskan kami untuk berpisah dengan beberapa karyawan, jumlah karyawan yang terpengaruh lebih sedikit daripada yang disarankan rumor," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/6).
Namun dalam keterangan itu, dia tidak memberikan penjelasan lebih rinci terkait jumlah karyawan yang terdampak. Ia menegaskan manajemen memastikan tunduk pada regulasi yang ada untuk memenuhi hak karyawan yang terkena PHK.
PHK yang terjadi di Pahamify menambah daftar perusahaan startup di Indonesia yang melakukan layoff.
Tercatat dalam beberapa pekan terakhir sudah ada beberapa startup yang melakukan PHK.
Di antaranya, dompet digital LinkAja yang melakukan reorganisasi dan berujung pada PHK. Kemudian ada startup pendidikan Zenius Education yang mem-PHK 200 orang karyawan.
Lihat Juga : |
Platform belanja makanan segar Tanihub juga melakukan PHK dan menghentikan semua layanan business to consumer dan mulai fokus pada sektor business to business, menjadi pemasok untuk hotel, restoran, catering, dan cafe.
Ada juga startup di bidang furniture, Fabelio. Selama pandemi penjualan furniture turun drastis hingga Fabelio harus meminta puluhan karyawan untuk mengundurkan diri.
JD.IDjuga melakukan upaya perbaikan manajemen berujung PHK demi bisa beradaptasi dengan dinamika pasar e-commerce di Indonesia.
Menyusul langkah perusahaan-perusahaan rintisan tersebut, Mobile Premier League (MPL) platform gim menyatakan pamit dari Indonesia. Keputusan pamit itu juga diiringi dengan mem-PHK 100 orang karyawannya.
CATATAN REDAKSI: Judul mengalami perubahan pada pukul 11.49 WIB, Jumat (3/6), agar lebih mencerminkan isi.