Respons Bunga The Fed Naik, Sri Mulyani Bakal Tekan Defisit APBN

CNN Indonesia
Kamis, 16 Jun 2022 20:19 WIB
Sri Mulyani akan menekan defisit lebih rendah untuk merespon rencana The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 bps. (REUTERS/EVELYN HOCKSTEIN).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani akan menurunkan defisit sebagai respons terhadap bank sentral AS The Fed yang akan menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin.

"Defisit turun, pembiayaannya menjadi turun. Itu cara kita untuk mengamankan," kata Sri Mulyani kepada wartawan usai rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Kamis (16/6).

Ia mengungkapkan saat ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan fokus menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan mengurangi kerawanan negara terhadap utang.

Hal ini dilakukan dengan menurunkan tingkat defisit hingga lebih kecil dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Memang dengan UU Nomor 2 kita, dijelaskan tahun depan defisit harus di bawah 3 persen, tahun ini defisit lebih kecil dari 4,5 persen dari PDB," imbuh Sri Mulyani.

Bendahara Negara itu meyakini dengan pendanaan yang cukup kuat, dan sisa perhitungan negara yang cukup kuat, pemerintah mampu mengurangi penerbitan surat berharga negara (SBN).

"Sehingga dengan kenaikan suku bunga, tapi kemudian issuance kita lebih sedikit, kita berharap debt to GDP ratio bisa kita turunkan," sebut Sri Mulyani

Sebab, sambungnya, perekonomian Indonesia berada dalam posisi yang jauh lebih baik dibandingkan negara lain. Hal ini ditopang oleh ekspor negara yang semakin baik, pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat, dan inflasi yang stabil.

"Kami di Kementerian Keuangan akan tetap menjaga supaya fundamental kita juga makin kuat, seperti tadi ekspor yang membaik, kemudian foreign direct investment (FDI) bisa masuk, pertumbuhan ekonomi kita menguat, stabilitas dan inflasi kita tetap baik," tuturnya.

Sedangkan, negara-negara lain pertumbuhan ekonominya sedang menurun, nilai tukarnya merosot dan inflasinya tinggi. Sehingga, masuk akal jika suku bunga di sejumlah negara melonjak sangat tinggi, dan menimbulkan perubahan risiko yang semakin besar bagi perekonomian negara tersebut.

"Indonesia saat ini pertumbuhannya masih kuat, dan kita harapkan di kuartal II juga akan tetap kuat, inflasi kita tetap terjaga, meskipun kita lihat tekanan memang terus-menerus dari harga komoditas," ungkapnya.

Sebelumnya, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,75 persen ke kisaran 1,5 persen hingga 1,75 persen demi menekan laju inflasi. Kenaikan suku bunga AS ini menjadi yang paling tinggi sejak November 1994.



(tdh/dnz)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK