Pengamat properti Aleviery Akbar mengatakan inflasi menjadi salah satu faktor pemicu masyarakat Indonesia sulit beli rumah.
Hal ini terjadi karena harga konstruksi dan jual properti akan otomatis naik. Selain inflasi, penyebab lainnya adalah daya beli akan properti yang terus tergerus karena kebutuhan primer meningkat.
Kondisi ekonomi yang stagnan dan cenderung menurun akibat pandemi covid-19 juga turut mempengaruhi daya beli terhadap properti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, suku bunga KPR yang semakin tinggi juga turut andil menjadi penyebab sulitnya masyarakat Indonesia membeli rumah.
"Artinya jika masyarakat membeli rumah, DP semakin tergerus, dan cicilan bank nya juga semakin tinggi," ujar Aleviery kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/7).
Ia menjelaskan sebetulnya keinginan masyarakat untuk membeli rumah cukup tinggi. Ini tercermin dari kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan (backlog) rumah di Indonesia semakin tinggi.
"Keinginan masyarakat sebenarnya tingi terbukti dengan backlog-nya. Jadi masyarakat ingin sekali beli sekali punya rumah. Masalahnya adalah pasokannya masih berkurang, tidak memadai," ujar Aleviery.
Sementara itu, Aleviery mengatakan jumlah masyarakat yang beli rumah untuk alasan investasi masih tergolong rendah dibandingkan dengan mereka yang membeli untuk tempat tinggal.
Pengamat properti Anton Sitorus mengatakan masyarakat makin sulit membeli rumah karena inflasi. Harga bahan bangunan yang naik membuat harga properti juga naik, sementara penghasilan masyarakat tidak bertambah.
"Otomatis kesenjangan antara daya beli dengan harga yang meningkat itu yang membuat makin susah (beli rumah)," ujar Anton.
Anton mengatakan daya beli masyarakat terhadap properti memang menurun sejak pandemi covid-19. Kondisi juga semakin diberatkan dengan harga bahan pokok dan BBM yang semakin melonjak.
Namun, Anton mengatakan keinginan membeli rumah sebenarnya sangat besar terutama di Jabodetabek. Permintaan akan rumah juga semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah keluarga di Indonesia.
Anton mengatakan masyarakat membeli rumah bukan hanya untuk hunian, tetapi juga untuk investasi. Secara keseluruhan, pembeli rumah sebagai investasi sebesar 20 hingga 30 persen.
Persentase jumlah pembeli rumah di kawasan kelas atas seperti di BSD, Alam Sutera, dan Summarecon antara biasanya seimbang antara yang membelinya sebagai tempat tinggal dan investasi. Namun, untuk kawasan kelas bawah biasanya pembeli menggunakannya sebagai tempat tinggal.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masyarakat akan semakin kesulitan untuk membeli rumah.
Lihat Juga : |
Ia menjelaskan menjelaskan kenaikan inflasi biasanya akan membuat Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan. Ketika itu terjadi, maka suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) otomatis ikut naik.
"Dengan inflasi tinggi maka masyarakat akan semakin sulit untuk bisa membeli (rumah)," ungkap Sri Mulyani dalam acara Securitization Summit 2022, Rabu (6/7).
(fby/dzu)