Banyak Negara G20 Klaim Perang Rusia Penyebab Ekonomi Global Jeblok

CNN Indonesia
Minggu, 17 Jul 2022 12:51 WIB
Kehancuran di Kota Chasiv Yar Donbas akibat invasi Rusia di Ukraina. (REUTERS/GLEB GARANICH)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan terdapat 14 poin dari pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara anggota G20.

Pertama, banyak anggota menilai perang Rusia vs Ukraina membuat ekonomi global jeblok. Sebab, perang itu mengganggu rantai pasok global sehingga harga energi dan pangan melonjak.

Situasi itu membuat inflasi di hampir semua negara melonjak. Alhasil, pemulihan ekonomi terhambat.

"Banyak anggota (G20) sepakat bahwa pemulihan ekonomi global melambat akibat perang Rusia-Ukraina yang dikecam keras dan menyerukan diakhirinya perang," ungkap Sri Mulyani dari laman resmi g20.org, dikutip Minggu (17/7).

Beberapa anggota G20 juga menilai lonjakan inflasi akan meningkatkan risiko kerawanan pangan akut. Dengan kata lain, jumlah orang miskin akan meningkat.

"Banyak anggota juga mencatat pentingnya lanjutan terhadap perubahan iklim dan mengatasi kerentanan utang," jelas Sri Mulyani.

Kedua, sebagian besar negara G20 khawatir pasokan pupuk yang menipis akan memperburuk krisis pangan di dunia. Untuk itu, anggota G20 siap bergandengan tangan untuk memperkuat ketahanan pangan.

"Banyak anggota siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat mengenai ketahanan pangan, anggota mendukung inisiatif multilateral," terang Sri Mulyani.

Ketiga, bank sentral G20 berkomitmen untuk menstabilkan harga barang. Hal ini agar inflasi di sejumlah negara juga kembali ke level aman.

"Kami menegaskan pentingnya perdagangan berbasis aturan yang terbuka dan adil, serta melawan proteksionisme," kata Sri Mulyani.

Keempat, G20 juga sepakat untuk memprioritaskan pembentukan dana perantara keuangan (FIF) untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi (PPR).

"Ini akan membantu memastikan pembiayaan yang memadai, berkelanjutan, dan terkoordinasi dengan lebih baik untuk penanganan pandemi," jelasnya.

Kelima, negara G20 sepakat untuk mengatasi penggelapan pajak. Keenam, G20 berkomitmen memperkuat sistem keuangan jangka panjang, termasuk mengembangkan pasar modal.

Ketujuh, negara G20 membentuk resilience and sustainability trust (RST) untuk membantu pendanaan bagi negara berpenghasilan rendah. Kedelapan, G20 berkomitmen meningkatkan investasi infrastruktur yang berkelanjutan.

Kesembilan, G20 berkomitmen untuk mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim dan perlindungan lingkungan. Ke-10, negara G20 sepakat untuk terus mendorong transisi energi bersih.

Ke-11, G20 memandang perlu memperkuat ketahanan sistem keuangan global. Ke-12, negara G20 menyiapkan regulasi aset kripto yang komprehensif.

Ke-13, G20 akan meningkatkan inklusi keuangan karena pandemi covid-19 telah memperlebar ketimpangan bagi kelompok orang kaya dengan masyarakat miskin. Hal itu membuat jumlah masyarakat yang tak terlayani sektor keuangan semakin banyak.

"Pandemi telah memperlebar ketimpangan bagi kelompok yang paling rentan dan kurang terlayani secara finansial terutama perempuan, pemuda, dan UMKM," jelas Sri Mulyani.

Ke-14, G20 akan meningkatkan kapasitas Satuan Tugas Aksi Keuangan (FATF) sebagai upaya memerangi pencucian uang dan pendanaan teroris.

(aud/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK