Mantan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Bicara soal Resesi AS

CNN Indonesia
Selasa, 26 Jul 2022 18:19 WIB
Ekonomi AS membuat bingung di mana jumlah lapangan pekerjaan masih tumbuh, pengangguran mendekati rekor terendah, tetapi output ekonomi melambat tajam. (AP Photo/Patrick Semansky)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tidak dapat disangkal bahwa kondisi ekonomi Amerika Serikat ada di titik yang aneh, bahkan membuat sejumlah ahli kebingungan. Baru-baru ini Mantan penasihat ekonomi Gedung Putih Jason Furman menulis tweet soal kondisi ekonomi AS.

"Jika Anda tidak sedikit bingung tentang ekonomi, Anda tidak memperhatikan," kata Jason yang sekarang mengajar di Harvard, mengutip CNN, Selasa (26/7).

Data penjualan ritel terbaru menunjukkan, konsumen sangat pesimis meski mereka membelanjakan lebih banyak dari pada tahun lalu.

Jumlah lapangan pekerjaan masih tumbuh sehat dan pengangguran mendekati rekor terendah, tetapi output ekonomi melambat tajam. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, ia mengalami kontraksi. Hal itu memicu perdebatan di antara para pembuat kebijakan dan investor, apakah Amerika Serikat sudah dekat atau sudah mulai resesi.

Jika tidak, apakah kecemasan yang terus-menerus tentang seseorang bisa cukup untuk mewujudkannya, ketika bisnis dan konsumen yang mulai mundur.

"Saya tidak berpikir kita harus berbicara tentang resesi," kata Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo awal bulan ini.

Mantan menteri keuangan AS Larry Summers memprediksi kemungkinan resesi terjadi di Amerika Serikat (AS).

"Saya pikir ada kemungkinan resesi yang sangat tinggi," kata Summers. "Ketika kita pernah berada dalam situasi seperti ini sebelumnya, resesi pada dasarnya selalu mengikuti," imbuhnya.

Dalam wawancara dengan jurnalis CNN Fareed Zakaria, Larry mengatakan kekhawatirannya terletak pada tugas besar yang dihadapi Bank Sentral AS Federal Reserve.

Menurutnya, bank sentral dengan cepat memperketat suku bunga untuk menekan inflasi, tetapi berisiko mendorong kemunduran tajam dalam kegiatan ekonomi karena meningkatkan biaya pinjaman.

Summer skeptis dengan anggapan The Fed yang menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi, tanpa menimbulkan resesi.

"Ketika inflasi tinggi dan pengangguran rendah, soft landing mewakili semacam kemenangan harapan atas pengalaman," katanya.

Ia menegaskan, salah satu definisi resesi adalah ketika perekonomian dalam dua kuartal berturut-turut produk domestik bruto negatif.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini, output turun pada tingkat tahunan sebesar 1,6 persen. Itu meningkatkan taruhan untuk rilis data PDB untuk kuartal kedua pada Kamis besok.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden dan pejabat Gedung Putih terus beranggapan bahwa resesi tak akan terjadi.

"Kami tidak akan berada dalam resesi, dalam pandangan saya," kata Biden kepada wartawan, Senin.

"Tingkat pekerjaan masih salah satu yang terendah yang pernah kami alami dalam sejarah. Itu di kisaran 3,6 persen. Kami masih menemukan diri kami sendiri, orang-orangnya, berinvestasi," kata Biden. Ia berharap ekonomi AS akan cepat tumbuh stabil.

"Jadi, kita akan melihat beberapa turun. Tapi saya tidak berpikir kita akan melihat resesi," lanjutnya.

Direktur Dewan Ekonomi Nasional Brian Deese mengatakan jika laporan minggu ini dari Departemen Perdagangan menunjukkan kuartal negatif kedua berturut-turut dari PDB itu tidak berarti AS berada dalam resesi.

"Tidak pernah dalam sejarah negara kita mengalami resesi, di mana ekonomi menciptakan lapangan kerja, apalagi menciptakan 400.000 pekerjaan," kata Deese kepada John Berman dari CNN.

Penasihat ekonomi Biden, Deese dan lainnya, mencoba menggunakan definisi itu untuk menyatakan bahwa ekonomi AS masih tangguh.

Bahkan, jika jajak pendapat CNN minggu lalu menunjukkan pandangan publik tentang ekonomi adalah yang terburuk sejak 2011.

(dzu/bir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK