Stok AS Turun, Harga Minyak Dunia Melonjak

CNN Indonesia
Kamis, 28 Jul 2022 07:50 WIB
Harga minyak dunia menanjak lebih dari US$2 pada akhir perdagangan Rabu (27/7), waktu Amerika Serikat (AS).
Harga minyak dunia menanjak lebih dari US$2 pada akhir perdagangan Rabu (27/7), waktu Amerika Serikat (AS). Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia menguat lebih dari US$2 pada akhir perdagangan Rabu (27/7), waktu Amerika Serikat (AS).

Penguatan harga terjadi usai laporan persediaan minyak mentah AS menurun. Selain itu, pemotongan aliran gas Rusia ke Eropa juga mengimbangi kekhawatiran permintaan yang lebih rendah dan kenaikan suku bunga AS.

Dilansir Reuters, Kamis (29/7), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik US$2,28 atau 2,4 persen ke US$97,26 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September menguat US$2,22 atau 2,1 persen ke US$106,62 per barel.

Sementara itu, stok minyak mentah AS turun 4,5 juta barel pekan lalu karena ekspor melonjak ke level tertinggi sepanjang masa. Badan Informasi Energi AS mengatakan lonjakan didorong oleh diskon besar minyak mentah AS terhadap patokan internasional Brent.

Setelah penurunan tajam dalam dua minggu terakhir, permintaan bensin AS bangkit 8,5 persen dari minggu ke minggu.

"Semua pembicaraan tentang penghancuran permintaan berhenti di jalurnya dalam laporan ini, situasinya telah berubah secara dramatis dalam dua minggu," kata direktur energi berjangka Bob Yawger.

Minyak juga terus naik setelah the Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar tiga perempat poin persentase dalam upaya mengendalikan inflasi paling intens sejak 1980-an.

"Dari sini, minyak bisa naik gelombang beberapa peningkatan selera risiko untuk beberapa sesi terutama jika dolar melemah lebih lanjut," kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.

Sejak awal tahun, harga minyak terus melonjak. Bahkan, harga sempat mencapai level tertinggi 14 tahun di US$139 per barel pada Maret lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran akan gangguan pasokan.

[Gambas:Video CNN]



(fby/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER