Ekonom Indef Tauhid Ahmad menilai pertumbuhan ekonomi yang tercatat 5,44 persen pada kuartal II tidak menjadi jaminan Indonesia bebas dari ancaman resesi.
Menurut dia, potensi resesi tetap ada di tengah perlambatan ekonomi global dan lonjakan inflasi, terutama bila pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV nanti merosot.
"Bisa saja pada kuartal III 5,2 persen atau nanti pada kuartal IV 5 persen. Itu yang kemudian disebut resesi, tetapi tidak akan berdampak besar dibanding resesi pada saat pandemi," ujar Tauhid kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi cenderung turun pada kuartal III dan IV. Walaupun tidak akan membuat Indonesia masuk dalam resesi skala besar.
"Saya kira kecil kemungkinan (masuk resesi besar). Tetapi, kalau penurunan pertumbuhan biasa terjadi di kuartal III atau IV," terang dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,44 persen secara tahunan pada kuartal II 2022.
Kepala BPS Margo Yuono mengatakan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh beberapa faktor. Salah satunya, pelonggaran aktivitas masyarakat yang dilakukan pemerintah seiring dengan menurunnya kasus covid-19. Pelonggaran itu telah berdampak konsumsi masyarakat.
Selain pelonggaran aktivitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh bauran kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan BI.
Dari sisi pemerintah, ia menyebut langkah pemerintah menggelontorkan subsidi dan bantuan sosial (bansos) serta insentif fiskal kepada masyarakat dan dunia usaha. Kemudian, BI yang tidak menaikkan suku bunga acuan juga memberi dampak positif ke dunia usaha.
Sebelumnya, Indonesia diprediksi terancam resesi bersama negara maju maupun negara kawasan lainnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap risiko resesi ekonomi yang dialami Indonesia sebesar 3 persen. Sementara itu, terdapat negara lain yang potensinya lebih dari 70 persen.
"Kami tetap waspada, namun pesannya kami tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan, dari fiskal, moneter, sektor finansial, dan regulasi lainnya, untuk memonitor itu (potensi resesi)," kata Ani, sapaan akrabnya.