PT Pertamina (Persero) menargetkan Blok Rokan bisa menyalip produksi migas Blok Cepu pada Oktober 2022.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan jika produksi migas di Blok Rokan bisa mencapai 171,5 MBOPD (ribu barel minyak per hari), maka angka ini akan melewati jumlah produksi Blok Cepu.
"Tantangan kita adalah salip Cepu akhir tahun, kalau bisa di Oktober," ujar Nicke saat berkunjung di fasilitas Digital & Innovation Center (DICE), Kompleks Pertamina Hulu Rokan, Rumbai, Pekanbaru, Riau, Senin (8/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Blok Rokan sempat menjadi penghasil minyak terbesar di Indonesia. Namun, sejak beberapa tahun terakhir posisi jawara ditempati oleh Blok Cepu yang kini dikelola Exxonmobil.
Menurut Nicke, Blok Rokan saat ini memproduksi 161 MBOPD, 30 persen dari total produksi subholding upstream perusahaan atau 26 persen dari total produksi nasional.
Jumlahnya meningkat 1,5 persen dari rata-rata 158,7 MBOPD saat Pertamina mengambil alih kelola Blok Rokan dari tangan Chevron per Agustus 2021 lalu.
Blok Rokan, lanjutnya, sejauh ini juga sudah menyetor sekitar Rp30 triliun penerimaan negara melalui PNBP dan pajak.
Untuk mengejar target, Nicke mengatakan Pertamina Hulu Rokan (PHR) mesti terus menggenjot produksi. Jika dalam setahun ini, PHR sudah melakukan pengeboran sekitar 370 sumur, maka Nicke menargetkan ada 500 pengeboran sumur hingga akhir 2022.
Sementara itu, Direkur PHR Jaffee A Suardin menambahkan dengan jumlah total pengeboran sumur sepanjang tahun, ada sekitar 15 ribu kegiatan pekerjaan ulang sumur minyak (work over) dan perawatan sumur minyak (well intervention well services/ WIWS).
"Ada 376 baru tahun ini artinya satu sumur baru per harinya. Tentunya sumur-sumur yang ada kita lakukan kegiatan agar bisa menaikkan produksinya," ujar Jaffee.
Dengan kinerja itu, PRH menjadi perusahaan negara yang paling produktif menyumbang minyak di Pertamina.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh PHR, menurut Jaffee, adalah Blok Rokan merupakan sumur yang sudah mature.
"Artinya, infrastruktur sudah tua, banyak alat yang juga misalnya sudah berusia lebih dari 40 tahun dan harus diganti," tambah Jaffee kepada wartawan di salah satu situs pengeboran sumur di Lapangan Duri, Senin (8/8).
Blok Rokan resmi diambil alih Pertamina pada 9 Agustus 2021 dari tangan PT Chevron Pacific Indonesia. Chevron telah ada di Indonesia yang diawali kedatangan empat ahli geologi dari Standard Oil Company of California (Socal) pada 1924.
Pada 1930-an, Socal bekerja sama dengan Texaco yang akhirnya membentuk Caltex yang menjadi cikal bakal perusahaan Chevron Pacific Indonesia.
Kegiatan pencarian migas yang dilakukan sejak era Kolonial Belanda itu baru memberikan hasil usai penemuan lapangan Duri pada 1941, lalu disusul penemuan lapangan Minas pada 1944. Kedua lapangan tersebut merupakan lapangan minyak terbesar dari total 115 lapangan produksi di Blok Rokan saat ini dengan luas wilayah mencapai 6.264 kilometer persen.
Blok Rokan pernah mencetak produksi tertinggi menyentuh angka hampir 1 juta barel per hari pada 1973. Rata-rata kontribusi produksi Blok Rokan selama 70 tahun terakhir sekitar 46 persen dari produk minyak bumi nasional.