Surplus Neraca Dagang RI Turun Jadi US$4,23 M per Juli 2022

CNN Indonesia
Senin, 15 Agu 2022 12:23 WIB
BPS mencatat neraca dagang RI turun dari US$5,15 miliar menjadi US$4,23 miliar pada Juli 2022.
BPS mencatat neraca dagang RI turun dari US$5,15 miliar menjadi US$4,23 miliar pada Juli 2022. Ilustrasi. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$4,23 miliar miliar secara bulanan (month to month/mtm) pada Juli 2022. Realisasi itu lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya US$5,15 miliar.

"Jadi kalau tren belakang neraca dagang Indonesia surplus selama 27 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," papar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto dalam konferensi pers, Senin (15/8).

Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$29,17 miliar pada Januari-Juli 2022.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setianto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$25,57 miliar atau turun 2,2 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$26,15 miliar. Sementara nilai impor cuma US$21,35 miliar atau naik 1,64 persen dari posisi sebelumnya yang sebesar US$21 miliar.

Berdasarkan negaranya, surplus dagang terjadi dari Amerika Serikat mencapai US$1.644 miliar. Lalu diikuti dari India dan Filipina, masing-masing US$1.622 miliar dan US$1.087 miliar. Sementara Indonesia defisit dagang dari China sebesar US$914,5 juta, Australia US$523,8 juta, dan Thailand US$318,6 juta.

Ekspor

Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$1,38 miliar atau turun 11,24 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$1,55 miliar. Begitu juga dengan ekspor nonmigas terlihat turun 1,64 persen dari US$24,6 miliar menjadi US$24,2 miliar.

Berdasarkan sektor, ekspor migas turun 11,24 persen menjadi US$1,38 miliar, pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 4,27 persen menjadi US$380 juta, industri pengolahan turun 4,45 persen menjadi US$17,44 miliar, serta pertambangan naik 6,61 persen menjadi US$6,37 miliar.

"Sektor migas dan pengolahan turun, tapi pertanian dan pertambangan lain masih mengalami kenaikan kalau dilihat secara bulanan," ujar Setianto.

Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, pulp dari kayu, bijih logam, terak, dan abu, serta bahan kimia anorganik.

Di sisi lain, ekspor beberapa komoditas turun, seperti alas kaki, kapal, perahu, nikel, timah, besi, dan baja.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas meningkat ke Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Polandia, dan Spanyol. Namun, ekspor terlihat turun ke lima negara, yakni India, Mesir, Vietnam, Turki, dan Singapura.

Sejauh ini, China masih mendominasi pasar ekspor RI senilai US$5,03 miliar. Lalu, ekspor ke Amerika Serikat (AS) sebesar US$2,51 miliar, India US$2,26 miliar, Jepang US$2,14 miliar, dan Malaysia US$1,24 miliar.

"Ekspor di ASEAN sebesar US$4,68 miliar atau pangsa pasarnya 19,36 persen. Ekspor ke Uni Eropa nilainya US$1,88 miliar atau pangsa pasarnya 7,78 persen," tutur Setianto.

Impor

Dari sisi impor, impor migas mencapai US$4,46 miliar atau naik 21,3 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$3,67 miliar. Sebaliknya, impor non migas turun 2,53 persen dari US$17,33 miliar menjadi US$16,89 miliar.

Berdasarkan jenis barang, impor konsumsi turun 2,88 persen menjadi US$1,65 miliar, bahan baku atau penolong naik 2,9 persen menjadi US$16,7 miliar, dan barang modal turun 2,56 persen menjadi US$3 miliar.

Berdasarkan kode HS, kenaikan impor berasal dari komoditas logam mulia dan perhiasan, mesin dan perlengkapan elektrik, pupuk, gula dan kembang gula, dan serelia.

Sementara, impor beberapa komoditas turun, seperti biji dan buah mengandung minyak, garam, belerang, batu, dan semen, kapal, perahu, bahan bakar mineral, mesin, serta peralatan mekanis.

Berdasarkan negara asal, impor meningkat dari AS, Singapura, Afrika Selatan, Thailand, dan Jepang. Namun, impor dari lima negara lainnya tampak turun signifikan, yakni Argentina, Malaysia, Kazakhstan, Rusia, dan China.

Pangsa impor Indonesia utamanya didominasi oleh China mencapai US$5,94 miliar atau setara 35,17 persen dari total impor Indonesia. Kemudian, diikuti oleh Jepang US$1,5 miliar dan Thailand US$950 juta.

Secara total, nilai impor mencapai US$137,53 miliar pada Januari-Juli 2022. Nilainya tumbuh 29,38 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni US$106,3 miliar. 

[Gambas:Video CNN]

(aud/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER