Belum lama ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Jokowi akan memerintahkan semua importir gandum menyerap sorgum produksi lokal. Persis ketika Jokowi menginstruksikan para menteri meningkatkan produksi dan hilirisasi sorgum.
Jokowi memerintahkan agar para menteri terkait membuat peta jalan (road map) produksi sorgum. Dia juga menargetkan musim tanam tahun ini sebanyak 15 ribu ha dengan pengembangan 100 ribu ha, dengan daerah prioritas di Kabupaten Waingapu, NTT.
"Salah satu yang diharapkan adalah agar semua yang mengimpor gandum minimal take over dulu sorgum kita, bisa dimanfaatkan jadi campuran tepung. Jangan lupa, gandum itu 11 juta ton (impor). Masa kita mau terus seperti itu?" ungkap Syahrul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menyebut sebetulnya sorgum berpotensi menggantikan gandum menjadi bahan pangan untuk mi instan, biskuit, roti, hingga snacks.
"Selama bertahun-tahun, gandum adalah sumber pangan karbohidrat tepung-tepungan yang paling murah, sehingga jika ingin diganti dengan sorgum, harus diperhitungkan daya saingnya," jelasnya.
Daya saing yang dimaksud adalah penanamannya terintegrasi, didukung oleh teknologi benih, dan memiliki produktivitas tinggi. Selain itu, biaya distribusinya pun harus turut diperhitungkan. Semisal, produksi sorgum dekat dengan industri pengolahan mi instan, roti-rotian, dan lain sebagainya.
Tidak cuma itu, Franky mengingatkan mengolah gandum menjadi tepung berbeda dengan mesin pengolahan sorgum.
Ini berarti, ada investasi yang harus digelontorkan perusahaan untuk membeli mesin pengolah sorgum.
"Masalahnya, tidak ada konsistensi tanam sorgum dari Kementerian Pertanian. Ini hilang timbul. Jenis sorgumnya pun tidak tahu alias asal-asalan. Kalau kayak begitu, siapa yang mau investasi? Masalah lain, tidak jelas pengembangannya," terang dia.
(bir)