ANALISIS

Setop Orang Kaya Minum BBM Subsidi Agar Harga Pertalite Tak Naik

CNN Indonesia
Kamis, 25 Agu 2022 06:50 WIB
Ekonom menyebut lonjakan subsidi BBM dan energi jadi Rp700 triliun bisa dicegah pemerintah dengan melarang total orang kaya minum pertalite dan solar.
Ekonom menyebut lonjakan subsidi BBM dan energi jadi Rp700 triliun bisa dicegah pemerintah dengan melarang total orang kaya minum pertalite dan solar. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan anggaran subsidi BBM dan energi bakal membengkak lebih dari Rp700 triliun hingga akhir 2022. Nilainya meningkat tajam dari saat ini yang sudah mencapai Rp502,4 triliun.

Menurutnya pembengkakan anggaran tersebut bakal terjadi jika pemerintah tidak menaikkan harga dan membatasi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi pertalite dan solar.

"Kami perkirakan subsidi itu harus nambah lagi, bahkan bisa mencapai Rp198 triliun di atas Rp502 triliun. Nambah, kalau kita tidak menaikkan BBM, kalau tidak dilakukan apa apa, tidak ada pembatasan, tidak ada apa apa, maka Rp502 triliun nggak akan cukup," ujarnya ditemui usai Rapat dengan Badan Anggaran, Selasa (23/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkiraan penambahan anggaran subsidi sebesar Rp198 triliun tersebut dilakukan untuk menambah kuota subsidi BBM yang tak akan cukup hingga akhir tahun. Dari perhitungan Kementerian ESDM, kuota pertalite yang pada tahun ini sudah ditetapkan 23 juta kiloliter bakal membengkak jadi 29 juta kiloliter.

Pembengkakan terjadi karena lonjakan harga minyak yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina. Perang membuat harga minyak dunia melambung ke atas US$100 per barel, jauh di atas asumsi APBN 2022 yang hanya US$63-US$70 per barel.

Meski kenaikan harga minyak dunia ini sangat menekan, namun pemerintah belum mengambil keputusan konkret untuk mengatasi beban itu. Pemerintah belum memutuskan untuk menaikkan anggaran subsidi BBM, menaikkan harganya maupun membatasi konsumsinya. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kebijakan terkait BBM subsidi harus diputuskan secara hati-hati. Pasalnya, kenaikan harga komoditas tersebut akan berpengaruh terhadap masyarakat.

"Ini menyangkut hajat hidup orang banyak jadi semua harus diputuskan dengan hati-hati dihitung dampaknya jangan sampai menurunkan daya beli, konsumsi rumah tangga, menaikkan inflasi yang bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi semuanya saya suruh menghitung betul sebelum diputuskan," kata Jokowi di Taman Mini Indonesia Indah pekan ini.

Padahal sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan mengungkapkan presiden bakal mengumumkan kenaikan harga BBM pekan ini.

"Mungkin minggu depan presiden akan mengumumkan mengenai apa dan bagaimana mengenai kenaikan harga ini," ujar Luhut dalam kuliah umum di Universitas Hasanudin, Jumat (18/7).

Namun, hingga berita ini dirilis, pemerintah belum juga mengumumkan nasib pertalite dan solar.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan pembengkakan anggaran akibat BBM subsidi sebenarnya bisa diakali dengan penghematan dari pos belanja subsidi itu sendiri.

PT Pertamina (Persero) pernah menyebut belanja subsidi BBM, 80 persennya 'diminum' orang kaya. Penghematan ini yang perlu dilakukan.

"Ini cara yang paling efektif karena, satu, subsidi BBM Rp500 triliun ini sebagian besar tidak tepat sasaran. Artinya dinikmati masyarakat menengah ke atas. Jadi saya rasa ini memang perlu dihemat," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/8) kemarin.

Lainnya bisa dengan mengorbankan BBM non subsidi yakni pertamax. Penghematan dilakukan dengan menghapuskan bantuan kompensasi yang selama ini diberikan pemerintah.

"Dari sisi pertamax, karena ini juga dikompensasi pemerintah. Jadi pertamax rasanya memang tidak ada keperluan karena memang itu dinikmati masyarakat menengah ke atas dan juga bebannya cukup besar," kata dia.

Ia menyarankan agar pemerintah segera melepas harga pertamax yang saat ini Rp12.500 per liter sesuai dengan keekonomiannya atau harga pasar yakni Rp19 ribu per liter. Sehingga, akan ada penghematan anggaran yang bisa digunakan untuk menutupi kekurangan BBM subsidi.

"Jadi saya rasa memang pertamax dijual sesuai harga keekonomian pun tampaknya cukup menghemat anggaran, dan tidak terlalu mengganggu daya beli masyarakat menengah ke bawah. Jadi ini perlu segera dilakukan reformasi subsidi BBM," jelas Riefky.

Tunda Proyek Infrastruktur dan Transfer Daerah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER