Pemerintah Provinsi DKI Jakarta buka-bukaan soal lonjakan harga telur hingga di atas Rp30 ribu per kilogram di ibu kota sejak 13 Agustus 2022 lalu.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPK) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan salah satu faktor kenaikan harga telur tak lepas dari dampak pandemi covid-19.
Faktor itu katanya, telah mengakibatkan gangguan pasokan dan permintaan, sehingga berdampak pada lonjakan harga telur belakangan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Eli, selama dua tahun terakhir masa pandemi, harga telur sangat rendah akibat pembatasan aktivitas masyarakat. Hal ini akibat kebutuhan telur di hotel, restoran, dan cafe (horeca) yang berkurang.
Di tengah masalah itu, harga pakan naik secara signifikan, sehingga peternak mengalami kerugian. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dan produksi telur, peternak mengurangi populasi bibit ayam hingga 30 persen.
"Dan peternak juga tidak melakukan peremajaan bibit ayam," ungkap Eli.
Ia mengatakan setelah kegiatan masyarakat mulai pulih seiring meredanya kasus covid-19, permintaan kebutuhan telur untuk hotel, restoran dan cafe serta bantuan sosial atau bansos meningkat.
"Sementara itu suplai telur di tingkat peternak belum mampu mengimbangi kebutuhan dari konsumen karena keterbatasan produksi akibat pengurangan populasi. Akibatnya harga naik," pungkasnya.
Mengutip PIHPS, rata-rata harga telur ayam nasional berkisar Rp30.850 per kg. Harga rata-rata itu naik Rp750 dibandingkan 16 Agustus lalu yang sebesar Rp30.100 per kg.
Namun, bila melihat sebaran wilayahnya, harga telur ayam di Tangerang mencapai Rp32 ribu per kg. Kemudian Rp36.650 di Lombok Timur, Rp39.600 di Maluku, dan Rp54 ribu di Merauke.
Menurut Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri harga telur ayam tercatat tertinggi dalam sejarah atau lima tahun terakhir.