Jerit Pedagang Warteg dan Mi Tercekik Lonjakan Harga Telur

CNN Indonesia
Kamis, 25 Agu 2022 12:41 WIB
Sejumlah pedagang warung mengeluhkan kenaikan harga telur ayam yang membuat mereka mau tak mau turut menaikkan harga jual. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah pedagang warung mengeluhkan lonjakan harga telur ayam yang membuat mereka mau tak mau turut menaikkan harga jual. Akibatnya, penjualan menurun karena kenaikan tersebut. 

Seperti Zeki (28 tahun), seorang pedagang warung makan indomie (warmindo) di Jalan Tegal Parang Jakarta Selatan, yang terpaksa menaikkan harga mi telur agar bisa menutup modal.

Ia mengaku membeli telur dengan harga Rp33 ribu per kilogram (kg). Padahal, normalnya harga telur berada di level Rp21 ribu hingga Rp22 ribu per kg.

Menurutnya, harga telur terus mengalami kenaikan setelah Hari Raya Idul Fitri beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, ia pun menaikkan harga mi telur agar bisa menutup modal.

"Saya naikin harga, tapi jadi berkurang yang beli," kata Zeki kepada CNNIndonesia.com, Kamis (25/8).

Ia mengaku menaikkan harga mi telur dari Rp10 ribu menjadi Rp12 ribu per porsi. Zeki mengatakan sebelum menaikkan harga, dirinya bisa habis lebih dari 2 kg telur per hari, namun saat ini ia hanya bisa menghabiskan 1 kg saja.

"Jadi kurang yang beli, pemasukan jadi kurang. Biasa di atas 2 kg jadi 1 kg," kata dia.

Selain karena kenaikan harga telur, Zeki mengatakan dirinya menaikkan harga mi telur karena harga mi yang juga naik beberapa waktu belakangan.

Edi (48) pengusaha warteg di Jalan Bangka II Jakarta Selatan yang juga menaikkan harga menu varian telur. "Naikin harga sedikit. Biasa jual Rp4 ribu sekarang jadi Rp5 ribu per butir," kata dia.

Edi menuturkan saat ini ia harus membeli telur dengan harga Rp33 ribu per kg. Padahal, sebelum naik ia hanya perlu merogoh kocek paling tinggi Rp27 ribu untuk membungkus 1 kg telur.

Akibatnya, ia pun mengurangi belanja dari 2 kg telur per hari menjadi 1 kg saja. Meski begitu, Edi bersyukur karena penjualannya masih normal dan tidak ada pembeli yang protes.

"Enggak ada yang protes karena sudah pada tahu (harga telur naik)," katanya. 

Sementara itu, penjual kue bolu bernama Yusuf (23) memang mengeluhkan harga telur yang naik. Namun, ia belum mau menaikkan harga kue karena masih memiliki stok telur.

Selain itu, pria yang memiliki kios kue di Jalan Bangka II Jakarta Selatan itu juga mengatakan alasan belum menaikkan harga kue bolu karena harga telur pun masih naik-turun. "Sekarang belum menaikkan karena harga telur kadang naik, kadang turun," kata Yusuf.

Sebelumnya, telur tengah menjadi perbincangan. Pasalnya, harganya terus melambung dalam beberapa waktu belakangan.

Mengutip pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) nasional rata-rata nasional harga telur ayam ras segar mencapai Rp30.850 ribu per kg pada Kamis (25/8).

Harga telur ayam ras segar terendah ada di Provinsi Jambi, yakni Rp26.450 ribu per kg. Sementara, harga telur ayam tertinggi ada di Papua dan Gorontalo masing-masing Rp39.650 per kg dan Rp36.850 per kg.

Di Jawa Timur, harga telur ayam dibanderol Rp30 ribu per kg. Sedangkan di Jawa Tengah Rp30.250 ribu per kg, dan di Jawa Barat dijual Rp30.950 per kg. Untuk di DKI Jakarta sendiri telur ayam dijual Rp31.350 per kg dan di Kalimantan Timur harga telur mencapai Rp33.600 per kg.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri harga telur ayam tercatat tertinggi dalam sejarah atau lima tahun terakhir.

"Persoalan telur ini sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir dari Rp27 ribu per kg menuju Rp29 ribu, ke Rp30 ribu bahkan sekarang sampai ke Rp32 ribu per kg, Menurut kami ini harga tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir kementerian perdagangan bekerja," ungkap Abdullah dalam keterangan resmi.

Sementara itu, Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso menduga harga telur ayam naik salah satunya disebabkan oleh program bantuan sosial (bansos) berbentuk bagi-bagi telur dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Kendati, lanjutnya, bansos telur ini justru ikut menyerap produksi peternak. Di sisi lain, bansos juga dapat menekan kasus stunting atau kekurangan gizi pada anak.

Ia menjelaskan selain karena bansos, kenaikan harga telur juga diakibatkan karena lonjakan harga pakan efek perang Rusia-Ukraina. Faktor cuaca juga turut mempengaruhi harga telur. Pasalnya, selama musim pancaroba beberapa waktu lalu banyak ayam sakit dan produksi telur menurun.

"Pancaroba kemarin ini menyebabkan banyak ayam yang sakit," katanya.



(mrh/dzu)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK