TAIPAN

Henrique Dubugras, Si Jago Coding Berharta Rp22 T di Usia Muda

Agus Triyono | CNN Indonesia
Minggu, 04 Sep 2022 08:55 WIB
Henrique Dubugras menjadi salah satu pemuda terkaya di dunia akibat termotivasi orang tua yang tak membayari game online. Berikut kisah hidupnya.
Henrique Dubugras menjadi salah satu pemuda terkaya di dunia akibat termotivasi orang tua yang tak membayari game online. (Basith Subastian/CNNIndonesia).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menjadi kaya raya di usia muda belia mungkin menjadi impian banyak orang. Namun, hanya sedikit yang bisa mencapainya.

Salah satunya, Henrique Dubugras. Bagaimana tidak? Di usianya yang baru menginjak 26 tahun, ia sudah menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Data Forbes mencatat total kekayaan Dubugras mencapai US$1,5 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp14.903 per dolar AS, total kekayaan itu mencapai Rp22,35 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu siapa sebenarnya Dubugras dan bagaimana ia bisa setajir itu?

Mengutip berbagai sumber, ia merupakan pemuda kelahiran San Paolo, Brasil, pada 1996. Ia telah memulai jalan kaya saat masih berusia 12 tahun.

Tepatnya, saat ia masih sekolah menengah pertama. Semuanya bermula saat orang tua Dubugras tak mau membayar game yang ingin ia inginkan.

Sikap orang tuanya itu memotivasinya mempelajari coding supaya bisa mendapatkan video game secara gratis.

Upayanya sukses. Bahkan, pada usia 14 tahun ia malah sukses membangun game online sendiri.

Buah dari kesuksesan itu, saat anak-anak seusianya berkutat dengan pelajaran di sekolah, ia malah menghasilkan uang.

Dubugras kemudian menggunakan uang itu untuk mengembangkan perusahaan rintisan alias startup pendidikan. Harapannya, startup itu bisa membantu anak-anak Brasil daftar sekolah di Amerika Serikat.

Namun sayang, di usia yang masih belia, perusahaan itu harus ditutup setelah dituduh melakukan pelanggaran paten.

Tuduhan itu sempat memberi ganjalan pada Dubugras. Pasalnya, setelah itu orang tuanya memintanya berhenti meretas dan bermain game online.

Tapi permintaan tersebut ia tidak gubris. Ia tetap menjalankan hobinya.

Hingga akhirnya saat berusia 16 tahun, ia bertemu dengan Pedro Franseceschi yang memiliki hobi serupa. Perjumpaan terjadi melalui Twitter.

Berangkat dari pertemuan dan hobi itu, ia bersama Pedro membangun pagar.me, perusahaan jasa keuangan penyedia layanan pembayaran belanja online.

Perusahaan ini cukup sukses. Pada 2016, pagar.me sudah berhasil melayani proses pembayaran dengan jumlah transaksi US$1,5 miliar.

Tapi kemudian perusahaan ini dijual. Tidak diketahui berapa sebenarnya nilai penjualan pagar.me.

Yang pasti, kesuksesan membangun pagar.me mendorong Dubugras pindah ke Silicon Valley.

"Saya ingin datang ke Silicon Valley untuk berkembang karena di situ semua tampak begitu besar dan keren," katanya seperti dikutip dari Techcrunch.

Tekad itu benar-benar dilakukannya. Ia datang ke Silicon Valley pada musim gugur 2016.

Ia mendaftar di Standford University. Terinspirasi oleh acara televisi 'Chuck', Dubugras ingin menjadi pembuat kode dengan menempuh pendidikan tinggi di kampus itu.

Namun, ia hanya bertahan sebentar. Setelah delapan bulan, ia keluar usai mendapatkan dana dari investor startup Y Combinator.

Ia bersama dengan Pedro kemudian membangun sebuah startup fintech kartu kredit bisnis untuk perusahaan bernama Brex. Upaya tersebut membuahkan hasil besar.

Hanya dalam waktu dua setengah tahun, Brex tumbuh menjadi unicorn. Perputaran uang yang besar membuat nilai Brex melesat jadi US$2,6 miliar.

Pertumbuhan tajam Brex membuatnya berhasil mengumpulkan uang dari investor swasta sampai dengan US$12,3 miliar.  Raihan itu membuat nilai saham Brex ikut bersinar.

Dubugras yang diperkirakan memegang 14 persen saham Brex pun kejatuhan durian runtuh.

Kekayaannya langsung melesat hingga membawanya menduduki peringkat orang terkaya nomor 1.865 dunia.

Jernihkan Pikiran dengan Makan Siang Lama

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER