Samin (53) terkejut manakala ia melihat segerombolan rayap keluar dari celengan yang dipegang oleh istrinya. Segera ia buka kaleng itu.
Matanya tiba-tiba terbelalak. Ia melihat uang pecahan Rp50 ribu dan Rp100 ribu yang ia tabung supaya bisa pergi haji rusak dimakan si semut putih.
Ia lemas. Impian untuk pergi haji sekeluarga pun terancam kandas. Pria asal Solo yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga sekolah di SDN Lowetan Solo ini masih tak menyangka, firasat buruk yang dirasakannya bermuara pada kejadian ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, selama 2,5 tahun ini ia mati-matian mengumpulkan uang itu.
"Awalnya saya punya keinginan daftar haji sama istri dan anak-anak, dapat rezeki sedikit demi sedikit saya masukkan ke kaleng. Itu tabungan sejak sebelum pandemi covid-19," ujar Samin dalam pernyataannya yang dikutip dari Antara, Selasa (13/9).
Ia mengumpulkan uang tersebut dari hasil jualan istrinya di kantin sekolah. Selain itu, setiap kali mendapatkan rezeki tambahan ia juga menyisihkan untuk ditabung.
"Kadang-kadang dapat Rp100 ribu-Rp200 ribu, setiap bulan bapak ibu guru ngasih Rp300 ribu dari saya membuatkan teh, saya masukkan di situ," ujarnya.
Ia mencoba menaksir berapa uang yang rusak dimakan rayap. Dari hitungannya, uang itu berjumlah di atas Rp49,8 juta.
Hitungan itu ia ambil dengan cara membandingkan jumlah uang dalam celengan lain yang ia miliki.
"Saya kebetulan punya celengan dua, yang satu masih utuh, karena celengan baru. Kalau yang rusak ini celengan lama, tapi karena sudah penuh saya pakai celengan yang baru. Kalau yang satu isinya sebesar Rp49,8 juta, kemungkinan celengan yang rusak ini lebih dari itu, karena lebih banyak isinya," keluhnya.
Tidak mau berputus asa, Samin lantas melaporkan musibah yang ia alami ke Bank Indonesia (BI). Harapannya, uang miliknya bisa diganti.
Samin pun pergi ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo pada sore harinya. Di sana ia diterima oleh Kepala KPw BI Solo Nugroho Joko Prastowo.
Samin mendapatkan penjelasan bahwa uang yang dapat ditukar ialah yang masih tersisa lebih dari dua per tiga bagian atau 68 persen. Mendengar penjelasan itu, ia khawatir.
Atas arahan Joko, Samin merangkai pecahan uang yang sudah rusak itu agar bisa mencapai 68 persen. Ia sendiri sudah memilah beberapa uang yang masih berwujud lembaran walau ada bagian berlubang.
Setelah itu, tim dari BI mencoba mengecek kondisi uang Samin menggunakan alat khusus. Hasilnya, beberapa uang yang dicek hasilnya kurang dari 68 persen.
Lihat Juga : |
Mengetahui hal itu, Samin jelas kecewa. Uangnya tidak bisa kembali seluruhnya. Ia pun tidak bisa berbuat apa-apa selain ikhlas dan menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran berharga.
"Ya agak kecewa karena ternyata yang ini (satu plastik) tidak bisa ditukar. Tapi ini memang sudah risiko saya. Ke depan saya akan langsung tabung di bank," kata Samin seperti dikutip dari detik.com.
Joko sendiri mengungkapkan bank sentral akan mengganti uang yang rusak selama memenuhi syarat. Salah satunya ukuran uang rusak minimum dua per tiga dari ukuran penuh.
"Kenapa begitu, karena kalau minimum setengahnya bisa jadi malah terjadi dobel klaim," ujarnya.
Lihat Juga : |
Apabila uang sudah terpisah, sambungnya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun lembaran demi lembaran untuk mengumpulkan uang rusak yang masih dua per tiga dari ukuran penuh.
"Tugas beratnya adalah menyusun lembaran-lembaran kecil yang terpisah," katanya.
Selain itu, pihak yang menyusun uang harus pemilik langsung, bukan petugas BI. "Yang sudah disusun dibawa ke BI, selanjutnya kami cek dan tukar yang baru (selama memenuhi syarat)," jelasnya.
Joko pun kemudian meminta Samin agar kembali datang pada Kamis besok dengan membawa uang yang sudah disatukan. Sebab, penukaran uang memang dilayani hanya pada tersebut.
"Untuk masyarakat yang ingin menukar uang bisa datang pada Kamis dengan mendaftar terlebih dahulu lewat pintar.bi.go.id," jelas Joko.