Bank Dunia, IMF hingga OJK Ingatkan Ancaman Resesi Global 2023
Sejumlah lembaga asing, Bank Dunia, IMF, ADB, hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti ancaman resesi global pada 2023.
Peringatan resesi muncul melihat kebijakan moneter ketat bank sentral di sejumlah negara. Bank-bank sentral ini terus mengerek suku bunganya.
OJK bahkan memproyeksikan resesi global akan terjadi lebih cepat. "Tapi yang tidak bisa kami prediksi ialah seberapa serius resesi dan berapa lama itu akan berlangsung," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar seperti dikutip dari Antara, Kamis (6/10).
Lihat Juga : |
Terlepas dari kemungkinan resesi global tahun depan, OJK belum secara spesifik membocorkan kebijakan relaksasi yang diperlukan.
"Jika dalam perkembangan selanjutnya kami merasa perlu kebijakan yang tepat untuk mencapai target, tentu kami akan merumuskan dan mengesahkan (kebijakan) tersebut," terang dia.
Sementara itu, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan kebijakan moneter bank sentral yang cukup agresif akan menghambat proses pemulihan ekonomi global.
Imbasnya, ekonomi dunia diperkirakan melambat menjadi 0,5 persen tahun depan. "Pertumbuhan global melambat tajam dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," papar Malpass.
Lihat Juga : |
Ia khawatir tren perlambatan ekonomi akan berlangsung dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Malpass mendesak seluruh negara fokus meningkatkan produksi agar pasokan kembali melimpah, sehingga inflasi bisa ditekan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh IMF. Perkiraan IMF, ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen pada tahun ini atau turun nyaris separuh dari capaian tahun lalu sebesar 6,1 persen. Sementara tahun depan, diperkirakan hanya 2,9 persen.
Dengan skenario tersebut, IMF dapat memastikan resesi ekonomi akan terjadi pada tahun depan. Kemungkinan terburuk, pertumbuhan ekonomi global jatuh lebih jauh lagi menjadi 2 persen.
Menurut IMF, proyeksi ekonomi tersebut imbas Rusia yang mematikan aliran gas ke Eropa. Hal tersebut mendorong inflasi lompat lebih tinggi.
IMF secara khusus menyebut AS hanya memiliki peluang tipis untuk bisa terhindar dari ancaman resesi ekonomi.
"Ini jalan yang sangat sempit. Lingkungan saat ini menunjukkan bahwa kemungkinan ekonomi AS dapat menghindari resesi sebenarnya cukup sempit," ungkap Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas.
Seperti Bank Dunia dan IMF, ADB juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara berkembang Asia dan Pasifik.
Ekonomi kawasan tersebut diperkirakan hanya tumbuh 4,3 persen tahun ini, turun dari proyeksi pada April lalu sebesar 5,2 persen. Perkiraan pertumbuhan untuk tahun depan juga diturunkan menjadi 4,9 persen dari 5,3 persen.
ADB mencatat inflasi di negara berkembang Asia sedang meningkat. Rata-rata inflasi meningkat menjadi 5,3 persen pada Juli tahun ini.