Menurut Faisal, industri yang akan terdampak langsung pada suramnya ekonomi global adalah yang bergantung pada ekspor impor, atau sektor bisnis yang berorientasi ke pasar ekspor.
"Misalnya komoditas seperti sawit, kemudian industri manufaktur yang dia banyak jual ke luar, seperti produk tekstil yang di pasar AS, sepatu ke AS dan Eropa ini akan terpengaruh," katanya.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan untuk komoditas batu bara, ia menilai berpotensi turun, tetapi tidak terlalu tajam. Sebab, dari sisi supply meski ada gangguan namun permintaan masih ada.
Apalagi seperti di negara besar, ketika sumber energi bersih mengalami penurunan demand, mereka akan beralih ke energi yang murah.
"Energi yang murah itu seperti batu bara. Jadi batu bara yang paling lambat terpengaruh faktor global," katanya.
Ekonom INDEF Nailul Huda membenarkan jika industri-industri dengan orientasi impor-ekspor akan rentan melakukan PHK.
"Industri manufaktur yang masih mengandalkan bahan baku impor paling akan terkena dampak. Industri yang berbasiskan elektronik akan terkena dampak. Selanjutnya komoditas seperti batubara yang mengandalkan ekspor bisa lesu karena resesi ekonomi menurunkan permintaan global," kata Nailul.
Setali tiga uang, Ekonom Celios Bhima Yudhistira juga mengatakan industri yang terancam rentan melakukan layoff karena efek resesi memiliki beberapa kriterian.
Pertama, porsi impor terhadap bahan baku cukup tinggi. Kedua, segmentasi konsumen sensitif terhadap perubahan harga produk atau layanan.
Lihat Juga : |
Ketiga, berkaitan dengan rantai pasok barang di hulu atau hilir yang mengalami penurunan permintaan.
Ia menyebutkan setidaknya ada delapan industri yang terancam terkena dampak resesi. Sehingga besar pula potensi untuk melakukan layoff karyawan.
Industri yang ia maksud adalah industri pakaian jadi, alas kaki, konstruksi, elektronik, otomotif, ritel, sektor pariwisata termasuk hotel dan restoran, serta pergudangan.
"Sebagian industri pakaian jadi ketergantungan bahan baku impornya tinggi, dan pasarnya orientasi ke negara yang alami resesi (AS dan zona Eropa)," tuturnya.