Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mewaspadai scarring effect yang ditinggalkan pandemi covid-19 selama 2,5 tahun terakhir terhadap perekonomian, terutama dari sisi suplai.
Menurutnya, sektor produksi belum bisa cepat merespons sisi permintaan. Sehingga, terjadi inflasi yang disikapi oleh otoritas dengan kebijakan moneter ketat.
Terlebih, sambung dia, inflasi yang disebabkan perbaikan dalam konteks pandemi itu kemudian bertambah dengan inflasi yang muncul karena perang Rusia-Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Kemudian, beberapa komoditas sangat naik hingga menciptakan volatilitas yang sangat tinggi," ujarnya dalam Webinar 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja, dilansir Antara, Senin (17/10).
Suahasil mencontohkan harga minyak, batu bara, jagung, kedelai, crude palm oil (CPO), serta berbagai macam komoditas lain naik dan turun dengan sangat cepat. Walhasil, inflasi negara-negara meningkat.
APBN yang selama 2,5 tahun menjadi shock absorber pun, sambung dia, saat ini membutuhkan dukungan dari otoritas moneter untuk menaikkan suku bunga acuan, mengingat kenaikan inflasi harus direm.
Lihat Juga : |
Pun demikian, Suahasil optimitis ekonomi Indonesia pada tahun depan masih mampu tumbuh di level 5,3 persen. "Kami expect (harapkan) pada 2023, pertumbuhan ekonomi ada di 5,3 persen," terang dia.
Ia menilai ketahanan ekonomi RI masih sangat kuat yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal II dengan realisasi 5,4 persen.
"Kami yakin 2022 di atas 5 persen. Mungkin, sekitar 5,2 persen," imbuhnya.