Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Teuku Riefky menilai masalah ketenagakerjaan di Indonesia bisa dilihat dari dua sisi, yakni tenaga kerja dan sektoral.
Riefky melihat banyak lulusan sarjana sekarang yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu, perusahaan masih perlu memberikan pelatihan tambahan kepada para karyawan baru agar kemampuannya sesuai dengan kebutuhan.
"Dari sisi sektoral, ada juga beberapa sektor yang beberapa penyerapannya belum maksimal. Contoh sektor manufaktur, di mana kalau kita lihat muncul tren sarjana teknik yang kemudian bekerja di sektor perbankan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal memandang sebenarnya sektor potensial bagi sarjana muda adalah yang sesuai dengan pendidikannya.
"Jadi bukan ada tren pekerjaan. Misal sekarang yang sedang menguntungkan di perbankan, lantas semua yang engineering juga disuruh mengambil pekerjaan di perbankan. Ya nggak begitu juga. Walau pada kenyataannya banyak yang seperti itu, tapi itu tidak semestinya," jelas Faisal.
Ia memberikan saran beberapa pilihan sektor potensial bagi generasi muda. Hal ini penting dipertimbangkan ketika ingin menempuh pendidikan di bangku kuliah agar kelak mudah mendapatkan pekerjaan.
"Jadi ini pertimbangan para generasi muda untuk mengambil kuliah. Memang trennya lebih banyak ke digital ke depan itu, mulai dari programming sampai dengan salesnya. Itu yang jelas akan terus berkembang," jelasnya.
Faisal juga menyarankan sarjana muda menyesuaikan dengan arah prioritas pembangunan pemerintah. Sektor-sektor mendasar, seperti infrastruktur diklaim akan terus menjanjikan.
Industri juga masih menjanjikan di masa mendatang, yakni industri yang akan terus bergerak selama populasi masih ada. Ia menyarankan generasi muda melirik sektor food and beverage (F&B).
Kemudian, sektor pertanian dan perikanan yang masih potensial untuk digeluti para sarjana muda. Keduanya merupakan sektor yang terkait dengan kebutuhan dasar manusia.
"Jadi, harus ada memang generasi muda yang masuk ke sektor pertanian supaya kita menciptakan ketahanan pangan. Karena kalau tidak, ini produksi pangan akan berkurang, sehingga kita malah jadi ketergantungan impor," saran Faisal.
Faisal menyimpulkan bahwa faktor yang menentukan adalah kualitas para sarjana muda setelah mereka lulus. Jika kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan pasar, maka hal itu akan mempermudah jalan mereka.
"Walaupun mereka misal lulusan information technology (IT), tapi tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan atau ada skill-skill yang kurang, ya tetap saja susah untuk diserap," imbuhnya.
Peneliti Makroekonomi LPEM UI Teuku Riefky ikut memberikan solusi agar permasalahan ketenagakerjaan bisa teratasi. Menurut dia, perlu ada perluasan sektor pasar tenaga kerja serta pemenuhan kualitas dan skill yang dibutuhkan dari sang pencari kerja.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Riefky mengatakan perlu kolaborasi lebih dekat antara universitas alias dunia pendidikan dengan dunia usaha serta industri.
(skt/bir)