Sementara itu, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan terdapat 310 potensi kawasan perumahan di sekitar stasiun LRT Jabodebek dengan radius 5 kilometer. Itu artinya LRT Jabadebek sebenarya memiliki potensi penumpang yang cukup besar.
"Kalau potensi sebenarnya lebih tinggi LRT Jabodebek dibanding Palembang," kata Djoko.
Ia mengatakan masyarakat Jabodebek lebih memiliki banyak kepentingan untuk menggunakan transportasi umum ketimbang Palembang. Ia memprediksi penumpang harian LRT Jabodebek nantinya bisa mencapai 15 ribuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djoko mengatakan potensi penumpang tersebut harus didukung dengan aksesibilitas menuju stasiun LRT. Sebagai sebuah transportasi publik, pelayanan LRT Jabodebek disebut tidak bisa bersifat tunggal, tetapi harus terintegrasi dari pra perjalanan, selama perjalanan, dan pasca perjalanan.
Ia mengatakan kawasan perumahan yang berpotensi menjadi pengguna LRT Jabodebek harus dilengkapi akses ke stasiun LRT terdekat, baik dengan fasilitas transportasi umum, fasilitas jalur pejalan kaki, jembatan penyeberangan orang (JPO), sky bridge, jalur sepeda, dan parkir kendaraan pribadi.
Lebih lanjut, Djoko menilai keberadaan LRT Jabodebek memang nantinya bisa mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di jalanan. Namun, kebijakan lalu lintas di Jakarta ia sebut harus ditinjau kembali.
Ia mengatakan pemerintah perlu menerapkan strategi push and pull demi mengoptimalkan pemberdayaan transportasi umum. Kebijakan pull dilakukan pemerintah untuk menarik masyarakat menggunakan transportasi dengan menyediakan berbagai fasilitas.
Sedangkan push strategy dilakukan untuk mendorong masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi ke transportasi publik dengan menerapkan sejumlah aturan.
"Push strategy di Jakarta baru satu yaitu ganjil genap. Ganjil genap sekarang enggak efektif. Pertama mendorong orang menambah mobil atau plat nomornya dua," ujarnya.