The Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS mengisyaratkan tidak akan menaikkan suku bunga pada 2023 nanti. Tapi, jangan buru-buru berharap suku bunga akan turun.
The Fed mengaku akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat demi memerangi lonjakan inflasi. Targetnya ialah mengembalikan tingkat inflasi jadi dua persen.
"Bukan pada penurunan suku bunga. Tapi, kami pikir kami harus mempertahankan sikap kebijakan yang membatasi (moneter) untuk beberapa waktu ke depan," ujar Gubernur The Fed Jeremy Powell dilansir CNN Business, Kamis (15/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Pengalaman, sejarah, sangat berhati-hati terhadap kebijakan pelonggaran (moneter) sebelum waktunya dan saya tidak sedang mengatakan kami mempertimbangkan penurunan suku bunga," katanya melanjutkan.
Bahkan, Powell menolak harapan suku bunga akan turun dalam waktu dekat. Ia menegaskan meski The Fed memperlambat kenaikan suku bunganya kelak, bukan berarti suku bunga akan turun cepat sekalipun ekonomi melambat.
Inflasi, kata Powell, adalah musuh utama yang menjadi perhatian The Fed. "Kami memiliki penilaian bahwa kami tidak cukup membatasi bahkan dengan langkah yang kami lakukan hari ini," imbuhnya.
"Kita harus tetap di sana (era suku bunga tinggi) setidaknya sampai benar-benar yakin bahwa inflasi akan turun berkelanjutan, meskipun akan memakan waktu cukup lama," terang dia.
Tadi malam, The Fed kembali mengumumkan kebijakan moneter ketat dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen-4,5 persen.
Kendati kenaikannya sejalan dengan prediksi pasar, namun langkah ini mendorong kenaikan bunga kredit di AS menyentuh level tertinggi sejak 15 tahun terakhir.
The Fed tercatat menaikkan suku bunganya sebanyak tujuh kali secara berturut-turut sejak awal tahun ini.
Alasannya, demi meredam lonjakan inflasi AS yang pada November berada di level 7,1 persen atau turun dibandingkan 7,7 persen pada bulan sebelumnya.