Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan pemerintah Indonesia harus mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton dari luar negeri.
Zulhas menilai langkah impor perlu diambil untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) yang menipis jelang akhir tahun.
"Kalau Bulog bisa beli di dalam negeri, ada berasnya, tentu nggak usah masuk barang (impor). Tapi kalau nggak ada, ya nggak mungkin kita impor," imbuh Zulkifli di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu (7/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stok beras Bulog tercatat sebanyak 594.856 ton, yang terdiri atas 168.283 ton (28,29 persen) beras komersial dan 426.573 (71.71 persen) stok CBP hingga 21 November lalu. Sampai akhir tahun diperkirakan hanya tertinggal 200 ribu ton.
Keputusan impor beras itu diputuskan melalui Rapat Terbatas (Ratas) yang dipimpin Presiden Jokowi guna menambah cadangan beras untuk Bulog.
"Kalau Bulog bisa beli di dalam ngeri, ada berasnya, tentu gak usah masuk barang (impor)nya. Tapi kalau gak ada, ya gak mungkin kita impor," jelas Zulkifli.
CNNIndonesia.com merangkum fakta-fakta lain terkait kebijakan impor beras ini:
Bulog Impor 200 ribu ton dari 3 negara
Perum Bulog telah mengimpor beras sebanyak 200 ribu ton dari Thailand, Vietnam, dan Pakistan. Nantinya, seluruh beras itu akan sampai di Indonesia pada 24 Desember mendatang.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso alias Buwas mengatakan tahap pertama beras sampai pada Jumat (16/12) di Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Merak, masing-masing 5.000 ton. Seluruh beras impor nantinya langsung disalurkan ke 14 pelabuhan di Indonesia.
Buwas menjelaskan beras impor tersebut akan menjadi cadangan beras pemerintah (CPB) yang akan digunakan untuk operasi pasar. Beras jenis premium tersebut terdiri dari 170 ribu ton dari Thailand, 20 ribu ton dari Vietnam, dan 10 ribu ton dari Pakistan.
Beras impor akan dijual Rp9.450 per kilo
Kepala Badan Pangan Nasional (BPN)Arief Prasetyo mengatakan berasi mpor sebanyak 200 ribu ton tadi akan dijual ke pasar dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp9.450 per kg.
Sementara, harga jual beras impor dari Bulog ke pedagang sebesar Rp8.300 per kg.
"Bulog lepas Rp8.300, dijualnya di bawah HET Rp9.450 per kg," ujarnya di Tanjung Priok, Jumat (16/12).
Sementara itu, Buwas menjelaskan beras tersebut dibeli Bulog seharga Rp8.800 per kg, dan akan dijual ke pasar Rp8.300 per kg. Selisih harga beras akan ditanggung oleh pemerintah.
"Kita belinya Rp8.800, nanti kita melepasnya Rp 8.300. Nanti kita minta izin negara untuk (beras impor) diubah ke CBP, nanti selisihnya akan diganti negara," kata Buwas.
Drama beras impor ke Indonesia
Harga beras impor harus terjangkau
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan tak mempermasalahkan soal impor beras. Namun, pemerintah sedang berupaya agar menjaga harganya tetap terjangkau.
"Yang masalah kan bukan impor atau tidak, tapi kenapa harga ini kita sikapi secara bersama. Saya, mendag (menteri perdagangan), dan semua agar menyikapi, mungkin saja kan ini masalah perdagangan yang harus kita selesaikan," ujar Syahrul di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (6/12).
Kementerian Pertanian merinci data stok beras di penggilingan mencapai 610.632 ton yang tersebar di 24 provinsi. Harganya berkisar Rp9.359 hingga Rp11.700 per kilogram.
"Kan kesepakatan negara, data negara itu ada di BPS dan 'standing crop' kita, data dari satelit juga aman, kemudian laporan dari gubernur dan bupati juga aman. Kalau ada dinamika harga seperti itu, penyikapannya harus bersama," ungkap Syahrul.
Pengusaha akui stok menipis
Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso buka-bukaan soal stok beras yang kritis di penggilingan hingga masyarakat.
"Di masyarakat juga ada kan, nah yang di masyarakat itu ada yang memang tidak siap dijual. Yang siap dijual pasti yang ada di penggilingan dan pedagang. Beras di penggilingan dan pedagang ini memang tidak besar dan tidak semuanya berada di situ," katanya kepada CNNIndonesia.com di Kompleks Gedung DPR RI, Rabu (7/12).
Sutarto menjelaskan rinci stok beras di beberapa daerah penggilingan padi yang ada di Indonesia. Menurutnya, stok masih ada meski tidak cukup untuk cadangan nasional.
Ia mengaku sudah mendata melalui beberapa koneksi di Perpadi, tetapi tidak dilakukan pendataan ke 170 ribu penggilingan yang ada di Indonesia. Berdasarkan data Sutarto, penggilingan padi di Banyuwangi, Jombang, hingga Malang masih memiliki stok beras.
Menurut Sutarto, penggilingan padi yang memang masih eksis melakukan kegiatan bisnis, pasti akan terus membeli dan menyalurkan beras setiap harinya. Namun, hal itu dilakukan terbatas sesuai dengan kawasan pasarnya saja.
Pedagang teriak stok beras menipis
Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (KKPIBC) Zulkifli Rasyid memperkirakan stok beras di gudang Pasar Cipinang sekarang cuma 25 ribu ton.
"Perkiraan saya stok beras di Pasar Induk (Cipinang) saat ini lebih kurang 20 ribu atau 25 ribu ton. Lebih kurang (sisanya 25 ribu ton). Gak ada lagi (masuk beras daerah), walaupun ada biasanya kan masuk ratusan truk. Sekarang masuk 5-10 truk saja sudah boleh dikatakan tidak ada," kata Zulkifli dalam RDPU bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (7/12).
Jatim dan Jabar tolak impor beras
Suara penolakan terhadap kebijakan ini sempat diutarakan oleh pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim). Mereka berharap pemerintah pusat tidak lagi melakukan impor karena produksi beras tahun ini lebih dari kebutuhan penduduk hingga akhir tahun.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur (Jatim) Hadi Sulistyo mengungkapkan jika impor beras dilakukan maka harga beras produksi dalam negeri harganya otomatis akan merosot.
Ia memaparkan produksi padi Jatim pada periode Januari-Oktober 2022 diperkirakan mencapai 9,2 juta ton atau setara dengan 5,9 juta ton beras. Sementara kebutuhan konsumsi masyarakat Jatim pada periode Januari-Oktober 2022 hanya sebesar 2,8 juta ton.
Senada, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Dadang Hidayat mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi gabah kering giling mencapai 2,7 ton.
"Angka sementara BPS tahun 2022, produksi padi Jawa Barat September-Desember 2022 sebanyak 2,7 juta ton gabah kering giling (GKG) dan produksi ini setara dengan 1,56 juta ton beras," ungkapnya.
Data ini pun disandingkan dengan jumlah penduduk Jawa Barat 2020 sebanyak 49,93 juta orang dengan tingkat konsumsi beras menurut Dusenas DKPP Jawa Barat adalah 1,38 juta ton. Maka artinya, produksi beras di Jabar masih berlebih.