Kemendag Prediksi Penurunan Harga Komoditas Ancam Ekspor 2023

CNN Indonesia
Selasa, 20 Des 2022 17:50 WIB
Kemendag memprediksi banyak ancaman yang menghantui kinerja ekspor tahun depan, salah satunya penurunan harga komoditas dunia.
Kemendag memprediksi banyak ancaman yang menghantui kinerja ekspor tahun depan, salah satunya penurunan harga komoditas dunia.(ANTARA FOTO/R. Rekotomo/Rei/pd/14).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan mengatakan banyak ancaman yang menghantui kinerja ekspor tahun depan, salah satunya penurunan harga komoditas dunia.

Kasan mengatakan dalam beberapa bulan terakhir, tren penurunan harga komoditas mulai terjadi. Ia merujuk pada laporan Reuters yang menyebutkan harga minyak akan terus menurun hingga akhir tahun.

"Harga minyak diprediksi menjadi sekitar US$86,17 per barel, yang juga diikuti oleh komoditas lain. Oleh karena itu, ekspor tidak bisa bergantung pada ekspor komoditas dan perlunya dilakukan promosi ekspor bernilai tambah," kata Kasan di Jakarta Pusat, Selasa (20/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, tren penurunan harga ini menandai akhir dari fenomena commodity super cycle atau periode ketika harga-harga komoditas dunia melonjak dalam waktu relatif lama.

Fenomena ini mulai berlangsung sejak kuartal III 2020 akibat pandemi covid-19 dan ditandai oleh kenaikan harga minyak (crude oils) dunia.

Selain penurunan harga komoditas, tantangan lainnya adalah ancaman resesi global, dan potensi stagflasi bagi negara dengan pendapatan ekonomi rendah hingga menengah.

Apalagi, gangguan suplai (supply disruption) sebagai dampak invasi Rusia terhadap Ukraina membuat lonjakan harga yang mendorong inflasi.

"Perang di Ukraina, lockdown di China, konflik geopolitik di beberapa kawasan, dan supply disrupsi semakin memperlambat kondisi ekonomi global," ucap Kasan.

Kasan juga memprediksi beberapa negara akan menerapkan trade restriction atau pembatasan perdagangan disertai dengan trade remedies. Hal tersebut dilakukan untuk menghadapi ancaman krisis tiap negara.

Menurut Kasan, instrumen kebijakan perdagangan menjadi salah satu pilihan kebijakan yang paling banyak digunakan. Sebab, kebijakan perdagangan dianggap mudah diimplementasikan dan dampaknya terasa relatif cepat.

Ia pun menyebut tantangan terakhir dalam ekspor nanti adalah decarbonization policies atau kebijakan dekarbonisasi. Kasan menilai perhatian negara di seluruh dunia terkait kebijakan ini makin meningkat.

"Oleh karena itu, perlu memetakan potensi perdagangan produk hijau di negara-negara yang memiliki akreditasi," tegasnya.

[Gambas:Video CNN]



(cfd/dzu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER