Terpikat Bunga Simpanan 'Selangit' di Bank Digital

Mochammad Ryan Hidayatullah | CNN Indonesia
Selasa, 31 Jan 2023 17:53 WIB
Bank digital menawarkan bunga simpanan yang cukup tinggi jika dibandingkan bank konvensional lainnya.
Bank digital menawarkan bunga simpanan yang cukup tinggi jika dibandingkan bank konvensional lainnya. (CNN Indonesia/Ryan Hidayatullah).

Hal serupa juga disampaikan Marsya (31). Ia mengaku mulai rutin menabung di bank digital sejak 2021. Awalnya, ia mencoba beberapa bank digital sebelum akhirnya memilih PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank.

Marsya mengatakan alasannya memilih SeaBank adalah karena menawarkan bunga simpanan yang tinggi, yakni 7 persen per tahun. Selain itu fitur yang terhubung dengan e-commerce seperti Shopee jua kian meneguhkan hatinya memilih bank digital yang resmi meluncur pada 2021 itu.

"Bisa kasih (bunga sebesar segitu), buat orang seperti saya, ya dimanfaatkan saja," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Per 1 Desember 2022, SeaBank telah menurunkan bunga simpanan menjadi 4 persen per tahun saja. Namun, SeaBank juga memberikan promo bunga simpanan sebesar 5 persen selama periode 1 Desember 2022 hingga 31 Januari 2023. Promo ini berlaku untuk seluruh nasabah. Tidak ada minimum jumlah tabungan, jangka waktu ataupun biaya.

"Suku bunganya menarik banget. Meski dia (SeaBank) mulai menurunkan tapi masih tinggi jika dibanding bank konvensional lainnya. Itu sih, selama dia masih bisa menaruh offering yang bagus ke suku bunganya saya sih masih setia," papar Marsya.

Dengan bunga yang menggiurkan itu, Marsya pun selalu menaruh seluruh pendapatannya di SeaBank. Apalagi bunga tersebut juga dihitung dan dibayarkan setiap hari.

Hal ini, kata dia, membuat semakin semangat untuk terus menabung. Adapun per bulannya Marsya menaruh uang di kisaran Rp3 juta hingga Rp5 juta.

Lalu bagaimana perhitungan suku bunga simpanan SeaBank yang diberikan per hari tersebut? Nasabah mendapat bunga setiap hari berdasarkan saldo akhir di hari sebelumnya.

Contohnya, apabila Marsya memiliki saldo akhir sebesar Rp100 juta pada 1 Desember, maka ia akan mendapatkan bunga tabungan sebesar Rp8.767 dengan perhitungan sebagai berikut:

4 persen (bunga tabungan per tahun) x 1/365 (periode harian) x Rp100 juta - 20 persen (pajak tabungan) = Rp8.767

Lebih lanjut, Marsya pun mengaku tak khawatir besaran suku bunga SeaBank yang lebih tinggi dari batas yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yakni 3,75 persen per tahun. Menurutnya, selama ia mawas diri dan percaya dengan pihak bank maka tak perlu risau. Terlebih SeaBank juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ia juga bersyukur SeaBank sudah mematuhi aturan dengan tak mencantumkan nama LPS sebagai penjamin dan memberitahu kepada nasabahnya. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang diatur OJK.

Marsya mengatakan keuntungan menjadi nasabah SeaBank adalah fasilitas gratis transfer ke bank lain. Meski fasilitas ini dibatasi 100 kali per bulan, tapi menurutnya itu sudah cukup.

Terkait risiko pembobolan data, ia mengaku pasrah dan lebih memilih memagari keamanan secara mandiri saja, seperti tidak memberi kode OTP dan tidak membuka situs-situs yang tidak jelas. Pasalnya, ia menilai pembobolan data memang kerap terjadi di segala sektor digital, karenanya ia tidak bisa bergantung pada siapapun selain membuka perlindungan sendiri.

Di sisi lain, Marsya mengungkapkan sejumlah kekurangan dari SeaBank, seperti tidak bisa melakukan debit saat berbelanja offline karena tidak memiliki kartu dan layanan QRIS yang masih terbatas.

Namun, ia memaklumi hal tersebut. Sebab, SeaBank belum lama muncul dan masih terus berinovasi. Marsya percaya ke depan layanan dari bank digital itu pun bakal terus berkembang.



LPS mencatat jumlah rekening di tujuh bank digital sebesar 27.711.568 rekening per November 2022. Jumlah ini meningkat 138,3 persen secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari November 2021 yang sebesar 11.630.156 rekening.

Adapun tujuh bank yang dimaksud adalah Bank Neo Commerce (BNC), SeaBank, Bank Jago, BCA Digital, Aladin, Bank Raya, dan AlloBank.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga membenarkan tawaran suku bunga yang tinggi dari berbagai fitur dalam aplikasi bank digital cukup ampuh memikat nasabah, khususnya anak muda.

Menurutnya, kaum muda ini simpanannya juga belum terlalu tinggi, tetapi mereka ingin mengembangkan dananya, sehingga bank digital menjadi opsi terbaik saat ini.

"Suku bunga yang ditawarkan menarik, karena kalau (besarannya) sama dengan bank konvensional, mereka juga gak akan tertarik membuka rekening bank digital tersebut. Kedua, fiturnya. Karena ini kan paperless, buka rekeningnya juga dari HP, jadi fitur-fitur bank digital ini sangat menarik, sehingga menarik nasabah khususnya milenial," jelasnya.

Selain itu, Josua mengatakan anak muda lebih berani mengambil risiko. Sedangkan, untuk nasabah dengan umur yang lebih tua lebih berhati-hati dalam menyimpan uang di bank digital.

Pasalnya, orang tua relatif mempertimbangkan risiko besaran suku bunga yang melebihi LPS rate. Tak jarang mereka pun menjadikan besaran bunga dari bank-bank BUMN sebagai tolok ukur.

Menurut dia, beberapa bank digital memang menawarkan suku bunga tinggi untuk menggaet nasabah. Hal ini dilakukan karena sumber pendanaanya masih terbatas dan investasi yang dikeluarkan di awal pun cukup besar.

Oleh karena itu, bank digital seakan tidak memiliki opsi lain. Di samping itu, berdasarkan catatannya, sejumlah bank digital yang sudah menjadi perusahaan terbuka, Loan to Deposit Ratio (LDR)-nya juga cukup tinggi.

"LDR dari bank digital juga cukup tinggi, jadi kondisinya dia (bank digital) sumber pendanaanya terbatas dan likuiditasnya lebih ketat, sehingga dia mencari pendanaan dengan menawarkan suku bunga yang relatif tinggi," jelas Josua.

Di sisi lain, Josua menilai tawaran suku bunga simpanan tinggi tersebut memiliki konsekuensi, seperti keuntungan yang belum optimal. Josua menyebut belum banyak bank digital yang mendapatkan untung demi mengimbangi suku bunga yang tinggi itu.

Ia memprediksi penawaran suku bunga simpanan tinggi ini tidak akan terjadi dalam waktu yang lama. Maklum, suku bunga simpanan tinggi bisa menggerus Net Interest Margin (NIM) karena kreditnya pun belum besar.

Menurut Josua, ketika bank digital belum bisa menghasilkan untung, mereka kemungkinan akan berhenti memberikan suku bunga simpanan tinggi.

"Misalnya profitnya gak terus membaik, dia pasti akan berhenti (memberi suku bunga tinggi), artinya gak bakar-bakar uang lagi," katanya.




Catatan redaksi: Tulisan ini merupakan bagian dari tugas akhir penulis sebagai peserta Banking Journalist Academy (BJA) IX yang diselenggarakan oleh Sekolah Jurnalisme AJI dan PermataBank.

(dzu)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER