TAIPAN

Liu Qiangdong, 'Anak Ubi Jalar' Berharta Rp190 T dari China

Agus Triyono | CNN Indonesia
Minggu, 05 Feb 2023 08:10 WIB
Richard Liu Qiangdong, anak yang kecilnya hanya bisa makan ubi jalar kini bisa memiliki harta Rp190,5 triliun dari JD.Com yang ia dirikan. Richard Liu Qiangdong, anak yang kecilnya hanya bisa makan ubi jalar kini bisa memiliki harta Rp190,5 triliun dari JD.Com yang ia dirikan. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani).
Jakarta, CNN Indonesia --

Musibah terkadang malah menjadi berkah bagi sebagian orang. Begitu pula yang terjadi pada kehidupan Richard Liu Qiangdong.

Ketika SARS mewabah pada 2003 lalu dan warga di Beijing enggan keluar rumah karena takut tertular, inspirasi bisnis besar di dunia maya malah ia dapat.

Bisnis itu yang kemudian membuat Liu berhasil menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Data Forbes menunjukkan kekayaannya sekarang ini tembus US$12,8 miliar atau Rp190,573 triliun (Kurs Rp14.888 per dolar AS).

Kekayaan itu membuatnya masuk ke dalam daftar orang terkaya nomor 143 dunia pada saat ini.

Lalu siapa sebenarnya Liu dan bisnis apa yang ia geluti sehingga bisa menjadi kaya seperti itu?

Mengutip berbagai sumber, Liu sebenarnya berasal dari keluarga kaya. Ia merupakan keturunan dari pemilik kapal kaya yang mengangkut barang di sepanjang Sungai Yangtze dan kanal kekaisaran kuno dari Beijing di utara ke Hangzhou di selatan.

Tetapi, keluarganya kehilangan segalanya hingga akhirnya orang tuanya menjadi petani miskin di Desa Chang'an, sebuah kawasan pertambangan batu bara gersang di sekitar 700 km selatan Beijing, China. Di desa inilah, ia kemudian lahir pada 10 Maret 1973.

Karena kemiskinan yang membelit itu, selama delapan bulan dalam setahun, ia harus makan ubi jalar. Sementara, empat bulan lainnya bisa makan jagung.

Liu juga hanya bisa makan daging babi setahun dua kali. Itu pun kalau neneknya beruntung punya kacang yang kualitasnya bagus untuk dijual, lalu dibelikan daging babi.

Karena kemiskinan itu pula Liu kecil belum pernah melihat listrik. Untuk menikmati listrik, sepulang sekolah, ia dan teman-teman sekelasnya bertamasya ke Kota Lailong, di mana gedung pemerintah setempat sudah mulai dipasangi listrik.

Ia memimpin teman-temannya ke dalam gedung, menatap bola lampu yang menyala.

Namun, kemiskinan itu tak membuatnya putus asa, termasuk untuk bersekolah. Ia tercatat pernah menempuh studi di Departemen Sosiologi di Renmin University of China pada 1992.

Di tengah kesibukannya menempuh studi, ia juga sudah aktif bekerja sebagai seorang programmer. Pendapatan sebagai seorang programmer itu kemudian ia investasikan untuk bisnis restoran.

Namun sayang, bisnis itu gagal hanya dalam waktu 8 bulan saja. Ketiadaan pengalaman manajemen yang kuat serta ulah juru masak dan kasir membuatnya bangkrut. Akibatnya, Liu rugi US$200 ribu dan terlilit utang.

Lagi-lagi, kebangkrutan tak membuatnya putus asa. Setelah bangkrut, ia bekerja di Japan Life, sebuah perusahaan suplemen herbal raksasa Jepang sembari mengejar gelar master eksekutif administrasi bisnis dari China Europe International Business School, Shanghai.

Dalam dua tahun, ia berhasil meraih gelar master. Gelar itu yang kemudian membawa Liu menduduki sejumlah jabatan penting seperti direktur komputer, direktur bisnis dan supervisor logistik.

Namun, karir gemilang tak membuatnya puas. Berbekal kemampuan manajerial di kantor lama dan ilmu yang didapat dari bangku sekolah, Liu memutuskan untuk membangun perusahaan sendiri pada Juni 1998.

Di sebuah kantor seluas 4 meter persegi, ia membangun Jingdong, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis distribusi produk mangneto-optik di Zhongguancun High-tech Industrial Park, Beijing.

Perusahaan tersebut sukses. Hingga 2003, Liu dengan bendera Jingdong berhasil membuka 12 toko dengan merek Jingdong.

Namun, SARS yang mewabah pada 2003 sempat menghambat Liu dan Jingdong. Pasalnya, penyebaran wabah itu memaksa staf dan klien Jingdong harus banyak di rumah supaya tidak tertular SARS.

Akibatnya, Liu merugi hingga 8 juta yen. Kondisi itu memaksa Liu untuk memikirkan model bisnisnya supaya bisa bertahan. Akhirnya, Liu menemukan cara; mengalihkan penjualannya yang selama ini dilakukan secara konvensional menjadi online.

Peralihan itu dilakukannya setelah Liu melihat sejumlah karyawannya mengunggah beberapa produk perusahaan ke buletin online. Liu kemudian meluncurkan situs ritel online-nya pada 2004 dengan nama JD.com, yang diambil dari singkatan Jingdong

Pada 2005, ia menutup semua toko offline Jingdong dan mengubahnya menjadi e-commerce.

Baru saja berdiri, Liu sudah menerima tawaran untuk menjual JD.com dengan harga 18 juta yuan. Tapi, tawaran itu ia tolak mentah-mentah.

Ia memilih untuk terus mengembangkan JD.com. Pada 2007, Liu memperkuat jaringan bisnis perusahaan dengan membangun gudang, memperkuat layanan pengiriman secara langsung dan menolak memberikannya kepada pihak ketiga.

Lanjut ke halaman sebelah...

8 Tahun Berjaya di Indonesia

BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER