Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di level 6.880 pada Jumat (10/2). IHSG melemah 17,03 poin atau minus 0,25 persen dari perdagangan sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, IHSG tercatat melemah tiga kali dan menguat dua kali. Secara akumulatif, perdagangan melemah 0,45 persen. Investor asing juga tercatat beli bersih (net buy) Rp2,52 triliun.
Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan BEI Aulia Noviana Utami Putri mengungkapkan perubahan sebesar 9,43 persen dialami oleh rata-rata nilai transaksi harian bursa pada pekan ini, menjadi Rp9,72 triliun dari Rp10,73 triliun pada sepekan yang lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Menurutnya, kapitalisasi pasar saham berubah 0,22 persen menjadi Rp9.489 triliun dari Rp9.510 triliun pada sepekan sebelumnya.
"Peningkatan sebesar 10,31 persen terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa menjadi 20.537 miliar saham dari 18.618 miliar saham pada sepekan yang lalu," ucap Aulia dikutip dari situs IDX, Jumat (10/2).
Pengamat Pasar Modal Oktavianus Audi menilai pekan ini IHSG akan bergerak menguat cenderung terbatas dengan rentang pergerakan masih di dalam zona supply yakni di rentang 6.828-6.953.
Sejumlah sentimen yang memengaruhi adalah rencana Rusia yang akan memangkas 5 persen dari total produksi minyak mentahnya pada Maret mendatang.
Lihat Juga : |
Akibatnya, harga minyak mentah Brent berjangka melonjak hampir tiga persen menjadi sekitar US$87 atau Rp1,34 juta (asumsi kurs Rp15.500) per barel pada Jumat lalu.
Selain itu, suku bunga The Fed direncanakan tinggi dalam kurun waktu yang lebih lama dari perkiraan pasar sebelumnya, seiring dengan menguatnya data pekerjaan di AS.
Saat ini, data tingkat pengangguran AS berada di posisi 3,4 persen atau terendah sejak 1969. Hal ini menjadi kekhawatiran oleh The Fed sebab dapat memicu inflasi berada di level yang tinggi atau jauh dari target yakni di level 2 persen.
Menurutnya, prospek the Fed yang semakin hawkish menyebabkan pasar bergerak volatile pekan ini.
"Rilis data inflasi AS pada Januari yang diperkirakan berada di level 6,3 persen atau lebih rendah dari sebelumnya di level 6,5 persen. Meski terus mulai menurun, tidak serta merta membuat the Fed lebih dovish. Karena berkebalikan dengan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih kuat," papar Audi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (12/2).
Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif akibat keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia yang diperkirakan naik 25 bps ke level 6 persen.
Audi melihat inflasi Januari yang masih berada di level 5,28 persen atau di atas target 2-4 persen akan membuka ruang untuk suku bunga kembali dinaikkan. Konsekuensinya, akan berdampak pada perlambatan ekonomi.
Lihat Juga : |
"Rilis data neraca dagang Januari 2023 yang diperkirakan surplus sebesar US$3,1 miliar atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai US$3,8 miliar. Akan menjadi bulan ke-33 Indonesia mengalami surplus, hal ini menggambarkan demand global yang masih solid," paparnya.
Sektor rekomendasi Audi adalah energi, khususnya minyak mentah. Hal ini merupakan dampak dari pemangkasan produksi minyak Rusia. Selain itu ia menyarankan sektor industri dasar sebab secara teknikal masih menarik.
Salam pilihannya adalah AKSA (speculative buy) di renang 1.230-1.420; AGII (trading buy) di rentang 2.040-2.350; dan ENRG (speculative buy) untuk pembelian di rentang 256-308.