
TAIPAN
Chalerm Yoovidhya, Raja Minuman Berenergi Dunia Berharta Rp406 T

Pada 1976, Chaleo Yoovidhya mendirikan perusahaan minuman energi Kratingdaeng di Thailand di bawah bendera bisnis, TC Pharmaceuticals (TCP).
Nama Kratingdaeng diambil dari bahasa lokal, krating daeng, yang berarti banteng merah. Logo di kemasannya menampilkan dua banteng, yang menjadi simbol kekuatan. Banteng itu diberi warna merah yang menjadi lambang ketahanan.
Minuman ini berasal dari racikan bahan-bahan herbal tradisional Thailand. Target pasar Kratingdaeng adalah sopir-sopir truk dan para pekerja kerah biru yang memang membutuhkan minuman penambah stamina.
Lihat Juga : |
Lalu di awal 1980-an, ia bertemu Dietrich Mateschitz, warga negara Austria, yang kelak menjadi rekan bisnisnya.
Mateschitz merupakan orang marketing yang tengah mengunjungi Thailand kala itu. Ia mencoba Kratingdaeng sebagai penghilang jetlag setelah menempuh perjalanan udara yang melelahkan. Ternyata, Mateschitz suka minuman tersebut dan mulai mencari tahu
Setelah menemukan Chaleo, keduanya bersepakat mengembangkan bisnis bersama. Melebarkan sayap Kratingdaeng ke level global dengan nama Red Bull.
Pada 1987, Red Bull pertama kali rilis di Austria dan mulai menyebar ke Eropa dan Amerika Serikat, lalu seluruh dunia.
Lihat Juga : |
Pada 1991, minuman energi ini masuk ke Indonesia dengan merek Kratingdaeng. Lalu, pada 1996, Kratingdaeng membangun pabrik di Sukabumi, Jawa Barat.
Layaknya banteng yang bersemangat menyeruduk lawan, tanduk Red Bull mendobrak satu persatu pintu negara tujuan pasarnya.
Kini, Kratingdaeng dipasarkan di lebih dari 170 negara. Di luar negeri, produk dinamai Red Bull biar terasa lebih internasional. Biasanya, pasar Eropa dan Amerika yang memakai merek Red Bull. Sementara, nama Kratingdaeng dipakai di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Dominasi Kratingdaeng aka Red Bull dalam menguasai pasar tak terbantahkan. Pada 2019, perusahaan ini menjual lebih dari 7,5 miliar kaleng di seluruh dunia. Jika dihitung dari awal berdiri, Si Banteng Merah ini telah diminum lebih dari 82 miliar kaleng.
Pada 2021, pendapatan global Red Bull mencapai USS7,9 miliar.
Sebagai produsen minuman energi paling sukses di dunia, Kratingdaeng kerap terlibat sebagai sponsor ajang balap, olahraga ekstrem hingga festival musik.
Kegiatan pendanaan ini dipercaya sebagai strategi branding agar ikon Red Bull sebagai minuman yang bikin stamina jreng melekat di masyarakat.
Wajar saja, satu kaleng Kratingdaeng mengandung kafein yang diklaim bisa membuat mata melek dan memacu adrenalin.
[Gambas:Video CNN]