Minyakita yang sempat langka beberapa waktu belakangan ini mulai tersedia di pasar tradisional Jakarta. Namun, harga minyak goreng besutan pemerintah itu dijual di atas eceran tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter yang ditetapkan pemerintah.
Pantauan CNNIndonesia.com di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Senin (17/4), stok Minyakita tersedia di sejumlah pedagang sembako. Tapi harganya Rp16 ribu per liter.
Padahal di kemasan Minyakita tertera label HET Rp14 ribu per liter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rp14 ribu cuma tulisan, kalau jual Rp16 ribu," kata Mustafa, salah satu pedagang.
Mustafa mengaku membeli 12 kemasan Minyakita isi 1 liter dari agen seharga Rp178 ribu. Artinya modal satu kemasan Minyakita 1 liter adalah Rp14.800.
"Belinya aja sudah enggak dapat Rp14 ribu," katanya.
Tak jauh beda, Warni yang menjajakan sembako di Pasar Warung Buncit, Jakarta Selatan, mengaku memiliki stok Minyakita, walaupun hanya beberapa kemasan. Ia menjualnya dengan harga Rp16 ribu alias Rp2.000 lebih mahal dari HET.
Ia mengatakan modal untuk 1 liter Minyakita saja sudah Rp15 ribu. Kemudian ditambah ongkos untuk kuli yang mengangkat minyak dan biaya plastik untuk konsumen. Sehingga ia tak mungkin menjual Minyakita Rp14 ribu per liter.
"Kalau jual Rp14 ribu saya dapat apa? Sebenarnya harganya boleh ditulis Rp14 ribu, tapi dari sananya (agen) harusnya Rp13 ribu," kata Warni.
Ia mengatakan produk lain juga sebenarnya mencantumkan HET di kemasan, tetapi harga beli dari agen berada di bawah HET tersebut. Misalnya kecap yang tertulis dijual dengan HET Rp3.000 per kemasan, harga beli dari agen berada di bawah angka tersebut. Sehingga penjual masih bisa menjual sesuai HET.
"Kalau ini (Minyakita) belinya aja sudah Rp15 ribu. Tulisannya Rp14 ribu," kata Warni.
Meski dijual di atas HET, Warni mengatakan Minyakita masih diminati masyarakat. Pasalnya harga minyak goreng kemasan lain bisa mencapai Rp18 ribu per liter.
"Yang beli banyak, kenceng sih. Soalnya paling murah dibanding yang lain," katanya.
Menteri Perdagangan Zulkifi Hasan (Zulhas) sebelumnya membongkar alasan kenapa Minyakita langka di pasaran belakangan ini. Ia mengungkapkan kelangkaan terjadi akibat penurunan penyaluran minyak goreng, terutama kemasan Minyakita dalam beberapa bulan terakhir.
Berdasarkan datanya, realisasi pemenuhan minyak goreng untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) bulanan turun dari 100,94 persen pada November menjadi 86,31 persen pada Desember 2022.
DMO kemudian turun lagi pada Januari 2023 menjadi 71,81 persen dari target pemenuhan bulanan 300 ribu ton.
"Dampak penurunan DMO mengakibatkan terjadinya penurunan pasokan minyak goreng di masyarakat, sehingga harga minyak goreng rakyat mengalami kenaikan," ujar Zulhas dalam keterangan resmi, Senin (30/11).
Untuk merespons masalah itu, Zulhas mengadakan rapat evaluasi kebijakan pendistribusian minyak goreng bersama produsen minyak goreng di Kantor Kementerian Perdagangan. Pada rapat itu, para pelaku usaha ia klaim sepakat untuk menambah pasokan minyak goreng dalam negeri 50 persen, dari 300 ribu ton menjadi 450 ribu ton.
(fby/agt)