Turki menjadi salah satu negara yang mayoritas rakyatnya menganut agama Islam, meski pemerintahannya menganut paham sekuler.
Bercerita soal Turki, selalu erat kaitannya dengan sosok Presiden Recep Tayyip Erdogan yang sudah 20 tahun lamanya memimpin negara tersebut.
Erdogan sudah memimpin Turki sejak 2003. Memang, jabatan pertama Erdogan pada 2003 bukanlah presiden, melainkan perdana menteri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia baru dilantik sebagai orang nomor satu Turki pada 10 Agustus 2014, diangkat jadi presiden periode kedua pada 2018, dan mengumumkan maju kembali di pilpres 2023 yang bakal dihelat Juni nanti.
"Biarkan saya mengatakannya di sini. Tayyip Erdogan adalah kandidat dari Aliansi Masyarakat," kata Erdogan dalam kampanye partai di Kota Izmir, Juni 2022 lalu, merujuk pada aliansi antara partai konservatif yang berkuasa AKP dengan partai sayap kanan MHP.
Di bawah kepempimpinan Erdogan, nasib perekonomian Turki naik turun selama dua dekade.
Teranyar, ide gila Erdogan membuat Turki mencatat rekor inflasi 85,51 persen pada Oktober 2022 lalu, terdalam sejak 1997 alias 26 tahun terakhir. Guncangan inflasi Turki terjadi sejak akhir 2021 lalu, di mana dunia dilanda pandemi covid-19 hingga muncul perang Rusia-Ukraina.
Lihat Juga : |
Eksperimen Erdogan saat itu adalah menekan harga konsumen yang sangat tinggi dengan menurunkan biaya pinjaman. Padahal, langkah itu berlawanan dengan teori ekonomi konvensional yang dianut hampir seluruh negara besar lainnya.
Pada akhir tahun lalu, ia mengatakan siap fokus membenahi pertumbuhan ekonomi Turki. Erdogan meyakinkan bakal menempuh segala cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik melalui pinjaman murah maupun dukungan negara lain.
"Kita akan segera menyaksikan penurunan inflasi yang cepat dan kita akan melihat bersama bahwa skenario kotor yang dibangun di atas masalah ini akan dirobek dan dibuang," kata Erdogan saat itu.
Berdasarkan data Pemerintah Turki, inflasi indeks harga konsumen (IHK) Maret 2023 tercatat di angka 50,51 persen. Meski masih tinggi, angka ini jauh lebih baik dari rekor buruk Turki tahun lalu.
Sementara itu, data Bank Dunia per 10 April 2023 masih menempatkan negara dengan 85 juta penduduk itu di urutan ke-19 dunia negara terkaya berdasarkan pendapatan.
Total produk domestik bruto (PDB) Turki saat ini dipatok sekitar US$906 miliar atau setara Rp13.464 triliun (asumsi kurs Rp14.861 per dolar AS).
Turki juga tercatat ambisius mengejar ketertinggalan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, setidaknya dalam rentang 2006-2017. Warga Turki di bawah garis kemiskinan pun berhasil dipangkas hampir setengahnya menjadi 9,8 persen di kisaran tahun tersebut.
Mengutip Britannica, ekspor utama Turki adalah serat tekstil, benang, kain dan pakaian, besi dan baja, buah-buahan dan sayuran, produk peternakan, tembakau, hingga mesin. Sekitar setengah dari semua perdagangan Turki terjalin dengan Eropa, di mana Jerman menjadi mitra dagang utama.
Sedangkan Turki mengimpor mesin, bahan kimia, produk minyak bumi, peralatan transportasi, hingga barang konsumsi. Rusia dan China adalah sumber impor utama negara pimpinan Erdogan itu.
Turki juga melakukan perdagangan cukup signifikan di Timur Tengah, khususnya dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Irak.
Meski 99 persen penduduknya beragama Islam, Turki tercatat sebagai salah satu sobat dagang Israel, negara yang menindas Palestina.
Mengutip data International Trade Center (ITC), nilai ekspor Turki ke Israel selalu meningkat dalam tiga tahun terakhir. Nilai ekspor Turki ke Israel menyentuh US$4,7 miliar pada 2020, meningkat menjadi US$6,3 miliar pada 2021, dan naik sampai US$7 miliar pada tahun lalu.
Lihat Juga : |
Memang angka tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan total nilai ekspor Turki ke seluruh dunia. Pasalnya, ekspor Turki ke seluruh dunia menembus US$254,17 miliar pada tahun lalu.
Sementara itu, rincian barang-barang yang diekspor Turki ke Israel, antara lain besi dan baja, kendaraan, plastik, hingga mesin dan peralatan listrik.
Hubungan ekonomi Turki dan Israel memang mesra di bawah komando Presiden Erdogan.
Meski sempat bersitegang, kedua negara sepakat berdamai dan puncaknya adalah mengirimkan kembali duta besar untuk masing-masing negara pada 17 Agustus 2022 lalu.
Lihat Juga : |
Terlepas dari kemesraan Turki dan Israel, ekonomi negara transkontinental itu sempat terguncang akibat gempa dahsyat yang menewaskan 45 ribu orang pada Februari lalu.
Imbasnya membuat Turki rugi US$34 miliar atau setara Rp505 miliar (asumsi kurs Rp14.873 per dolar AS).
Bank Dunia mencatat kerugian itu mencapai 4 persen dari hasil ekonomi tahunan Turki. Angka Rp505 miliar tersebut adalah kerugian langsung yang diderita Turki.
Sementara itu, kerugian tak langsung bisa jauh lebih tinggi. Bank Dunia bahkan menyebut sulit memulihkan kerusakan yang diakibatkan gempa dahsyat tersebut.