Warga Argentina dan Turki mulai beralih menggunakan koin kripto setelah inflasi tinggi menimpa dua negara tersebut dan jatuhnya nilai mata uang lokal.
Turki menjadi negara dengan kepemilikan aset kripto tertinggi di dunia, yakni 27,1 persen. Lalu Argentina menyusul di posisi kedua dengan kepemilikan 23,5 persen
Ekonomi kedua negara tersebut memang tengah bermasalah. Inflasi tinggi yang ditandai dengan naiknya harga-harga. Inflasi tahunan Turki menyentuh level 50,51 persen Maret lalu, sedangkan Argentina lebih buruk lagi, mencapai 104 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini diperparah dengan jatuhnya nilai tukar Lira Tukri maupun Peso Argentina.
Kondisi tersebut mendorong warga beralih membeli safe-haven berupa koin stabil semacam USD Coin (USDC) dan Tehter (USDT). Jenis koin stabil ini merupakan token kripto yang dipatok dengan menggunakan aset tradisional seperti dolar AS dan emas.
"Investor, baik ritel maupun institusi, berpikir bagaimana kita dapat melakukan lindung nilai terhadap devaluasi mata uang," kata analis Tribal Credit Ehab Zaghloul dikutip Reuters, Rabu (3/5).
Menurutnya, investor ingin memiliki aset tambahan yang dipatok ke mata uang yang lebih kuat.
"Secara umum, adopsi kripto cenderung lebih tinggi di negara-negara dengan pembatasan modal, ketidakstabilan keuangan, dan ketidakstabilan politik," tulis analis di K33 Research.
(pta/agt)