ANALISIS

Untung Rugi RI 'Cerai' dengan Dolar AS dan 'Kawin' dengan Yuan

CNN Indonesia
Kamis, 04 Mei 2023 07:01 WIB
Dedolarisasi atau fenomena pengurangan penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi keuangan tengah terjadi di dunia.
Dedolarisasi atau fenomena pengurangan penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi keuangan tengah terjadi di dunia. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI).
Jakarta, CNN Indonesia --

Dedolarisasi atau fenomena pengurangan penggunaan mata uang dolar AS dalam transaksi keuangan dan perdagangan tengah terjadi di dunia.

Bahkan, banyak negara secara terang-terangan mengungkapkan tak akan lagi menggunakan mata uang Negeri Paman Sam tersebut dan akan beralih menggunakan mata uang China, yuan.

Dedolarisasi pertama kali dimulai oleh China dan Brasil. Negara ini menjalin kerja sama dan sepakat untuk tidak lagi menggunakan dolar AS dalam transaksi perdagangan dan investasi keduanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu diikuti oleh negara lain seperti Rusia yang memang sedang ada konflik dengan AS. Tak terkecuali Indonesia yang memang saat ini tengah berupaya meninggalkan mata uang AS.

Di Indonesia, langkah dedolarisasi dimulai dengan kerja sama yang ditempuh oleh Bank Indonesia dengan berbagai negara melalui Local Currency Settlement (LCS) atau penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal.

LCS adalah penyelesaian transaksi bilateral antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara di mana setelmen transaksinya dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah negara masing-masing.

Indonesia memulai implementasi kerja sama penyelesaian transaksi bilateral LCS dengan berbagai negara. Misalnya, dengan China sejak September 2021. Terbaru, kerja sama ditempuh dengan Korea Selatan (Korsel) di sela-sela Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 pada Mei 2023.

Lalu, apa saja untung dan rugi Indonesia jika membuang dolar AS?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan langkah dedolarisasi memang sangat tepat. Namun, bukan dalam waktu dekat. Pasalnya, langkah itu butuh waktu cukup panjang dan strategi yang tepat.

"Kalau opini dedolarisasi yang terjadi sekarang itu lebih ke adu kepentingan anti AS. Maksudnya jangan sampai kita ikut ikutan dedolarisasi yang sekarang jadi kepentingan Rusia-China yang sedang konflik dengan AS," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Selain itu, dedolarisasi dan beralih ke mata uang yuan juga dinilai tak tepat. Menurutnya, jika ingin membuang dolar AS, pemerintah bisa menggantinya dengan mata uang asing lain yang tidak hanya fokus satu, caranya melalui program LCS.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Lepas Dolar Belum Tentu Untung

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER